Share This Article
Merokok setelah minum obat memiliki beberapa efek sehingga penting untuk mengetahui interaksi yang mungkin terjadi. Perlu diketahui, merokok tidak hanya berpotensi menyebabkan kematian namun bisa juga menurunkan kemanjuran beberapa obat.
Karena itu, pastikan obat apa saja yang mungkin berinteraksi terutama jika kamu seorang perokok. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai interaksi rokok dengan obat yang akan dikonsumsi yuk simak penjelasannya berikut.
Baca juga: Gejala Pneumonia Berdasarkan Penyebabnya, Apakah Bisa Dicegah?
Adakah efek samping akibat merokok setelah minum obat?
Dilansir dari NCBI, hidrokarbon aromatik polisiklik atau PAH merupakan beberapa karsinogen paru utama yang ditemukan dalam asap tembakau. Salah satu kandungan dalam asap rokok ini bisa berbahaya karena akan berinteraksi dengan beberapa jenis obat.
Oleh karena itu, penting bagi apoteker untuk mengetahui obat mana saja yang terpengaruh oleh rokok. Untuk menghindari kesalahan sebelum minum obat, ada baiknya melakukan konseling dan penyesuaian dosis agar pemberian pada pasien tepat.
Nah, beberapa bahaya merokok setelah minum obat, yakni sebagai berikut:
Mengganggu fungsi hati
Asap tembakau akan menginduksi banyak enzim CYP450 pada salah satu organ penting tubuh, yakni hati. Enzim ini umumnya memainkan peran penting dalam penyerapan, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat.
Karena itu, interaksi obat lebih banyak disebabkan oleh komponen dari asap tembakau itu sendiri dan bukan nikotin. Ini berarti terapi penggantian nikotin atau NRT bisa digunakan tanpa memerhatikan interaksi atau perubahan obat.
Penurunan konsentrasi obat dalam darah
Selain mengganggu fungsi hati, merokok setelah minum obat juga bisa memicu penurunan konsentrasi obat dalam darah. Nah, beberapa pengobatan yang dipengaruhi oleh rokok adalah antipsikotik, hipnotik, dan anxiolytics.
Untuk obat golongan tersebut, konsentrasi obat dalam darah dapat diturunkan sehingga mengganggu kemanjurannya. Jika penurunan kemanjuran terjadi, maka akan menyebabkan penyesuaian dosis yang tinggi dan tidak tepat.
Tak hanya obat psikiatri, obat non psikiatri juga perlu diperhatikan penggunaannya pada perokok aktif. Beberapa obat non psikiatri seperti insulin, warfarin, dan kafein memerlukan dosisi yang lebih tinggi untuk mencari khasiatnya jika disertai dengan merokok.
Merokok setelah minum obat berpotensi menyebabkan kanker
Dalam kebanyakan situasi, merokok bisa meningkatkan dampak negatif pada tubuh termasuk memicu kondisi medis tertentu. Interaksi obat akibat kebiasaan merokok dapat berpotensi menyebabkan penyakit yang cukup berbahaya, termasuk kanker.
Oleh karena itu, saat mulai mengonsumsi obat pertimbangkan selalu semua risiko dan manfaat yang mungkin didapatkan. Jika risikonya jauh lebih besar, maka bicarakan lebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih tepat.
Baca juga: Benarkah Pasien COVID-19 yang Sembuh bisa Mengalami Efek Samping Jangka Panjang?
Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah interaksi obat
Untuk mencegah interaksi obat, orang yang sering mengonsumsi obat harus mengetahui apa saja hal yang bisa memicu. Karena itu, beberapa hal perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya interaksi obat terutama berhenti merokok.
Dengan berhenti merokok, risiko bahaya pasien memang masih ada namun bisa mengurangi efek samping yang mungkin terjadi. Perlu diketahui, menghentikan kebiasaan merokok harus dilakukan secara perlahan.
Hal ini dikarenakan, menghentikan kebiasaan merokok secara tiba-tiba dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman. Selain itu, seseorang juga bisa mendapatkan bahaya tambahan apabila dilakukan tanpa rencana yang matang.
Obat-obatan terkadang diberikan dengan dosis yang tepat dan dipertimbangkan juga apabila pasien adalah seorang perokok aktif. Akan tetapi, penting untuk membuat penyesuaian dosis yang tepat saat mencoba mulai langkah-langkah berhenti merokok.
Ada banyak interaksi obat dengan rokok sehingga konsumsinya harus diperhatikan. Perokok yang minum obat dengan risiko interaksi mungkin memerlukan dosis lebih tinggi untuk mencegah hilangnya kemanjuran.
Sebaliknya, jika seseorang sudah berhenti merokok maka mungkin perlu pengurangan dosis obat yang berinteraksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terlalu banyak obat yang masuk atau overdosis.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!