Share This Article
Gangguan depresi adalah masalah kesehatan yang hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya. Karena menurut para ahli, ada berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab depresi.
Faktor-faktor tersebut bisa terkait dengan kondisi biologis, psikologis dan juga kondisi sosial pasien. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab depresi.
4 faktor umum yang berperan pada terjadinya depresi
Dilansir dari psychiatry.org, empat faktor ini beperan penting memengaruhi seseorang mengalami depresi. Faktor tersebut antara lain:
1. Biokimia
Perbedaan kimia pada otak dapat memengaruhi depresi pada penderitanya. Ini terkait dengan ditemukannya perbedaan kondisi pada otak orang-orang yang memiliki depresi.
Contohnya, bagian hippocampus yang lebih kecil. Hippocampus adalah bagian kecil dari otak yang vital bagi penyimpanan ingatan. Hippocampus memiliki lebih sedikit reseptor serotonin. Sementara serotonin berfungsi dalam mengelola suasana hati.
Meski dianggap memengaruhi terjadinya depresi, seseorang tidak bisa didiagnosis depresi hanya karena dari satu hal. Depresi adalah gangguan yang kompleks dengan beragam penyebab.
2. Genetika
Depresi dapat menurun melalui genetik. Misalkan, salah satu anak kembar identik mengalami depresi, maka anak kembar yang satunya lagi memiliki kemungkinan 70 persen mengalami depresi di kemudian hari.
3. Kepribadian
Orang-orang dengan penghargaan diri yang rendah, mudah mengalami stres dan umumnya pesimistis lebih mungkin mengalami depresi.
4. Lingkungan
Kondisi tertentu yang terjadi di lingkungan dapat memicu terjadinya depresi. Kondisi tersebut seperti kekerasan fisik, penelantaran, pelecehan, kondisi ekonomi rendah juga dapat memicu seseorang lebih rentang terhadap gangguan depresi.
Di luar itu masih ada sejumlah faktor lainnya yang dianggap dapat meningkatkan kemungkinan depresi pada seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor risiko lain yang bisa menjadi penyebab depresi
Menggunakan obat-obatan tertentu
Beberapa obat seperti isotretinoin (obat untuk mengatasi jerawat), obat antivirus interferon-alpha dan kortikosteroid diketahui dapat meningkatkan risiko depresi. Selain obat-obatan tersebut, sejumlah obat juga sering dikaitkan sebagai faktor yang memengaruhi depresi.
Misalkan saja obat yang dapat memberikan efek gembira berlebihan seperti siklosporin, obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh setelah transplantasi organ. Atau obat penyakit parkinson seperti carbidopa dan levodopa.
Peristiwa yang mengguncang jiwa
Kondisi jiwa tertentu seperti kesedihan karena kematian atau kehilangan orang yang dicintai dapat meningkatkan risiko depresi.
Selain itu, beberapa kejadian juga dapat meningkatkan risiko depresi, seperti perceraian, pensiun, kehilangan pekerjaan atau penghasilan dan peristiwa lainnya.
Bahkan peristiwa yang menurut orang lain menggembirakan, ternyata juga bisa meningkatkan risiko depresi. Beberapa contohnya yaitu pernikahan, kelulusan dan juga memulai pekerjaan baru.
Penyakit serius atau kronis
Kadang-kadang depresi berdampingan dengan kondisi medis lainnya. Umumnya kondisi medis yang serius atau kronis. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu munculnya depresi pada seseorang.
Penyalahgunaan obat
Dilansir dari Webmd, hampir 30 persen orang yang bermasalah dengan penyalahgunaan obat mengalami depresi berat atau klinis. Obat-obatan terlarang atau narkoba dan alkohol, walau awalnya dapat membuat perasaan lebih baik, pada akhirnya dapat memperburuk kesehatan.
Jenis kelamin
Jenis kelamin disebut dapat menjadi faktor penyebab depresi. Wanita disebut dua kali lebih sering mengalami depresi. Hal ini dikaitkan pada faktor hormonal. Wanita disebutkan rentan terhadap gangguan depresi saat hormon mereka tidak stabil atau mengalami perubahan hormon.
Kondisi perubahan hormon pada wanita bisa berupa dalam periode menstruasi, kehamilan, melahirkan dan saat menopause. Oleh sebab itu, juga ada kondisi yang disebut depresi pascapersalinan. Di mana fluktuasi hormon setelah melahirkan sangat berpengaruh pada suasana hati ibu.
Pola makan yang buruk
Pola makan yang buruk dapat menyebabkan depresi dalam beberapa cara. Berbagai kekurangan vitamin dan mineral diketahui menyebabkan gejala depresi.
Penelitian mengungkapkan bahwa diet yang dilakukan dengan sembarangan dapat meningkatkan kemungkinan depresi. Terlebih pada diet rendah asam lemak omega-3.
Karena depresi adalah kondisi yang kompleks, maka dokter ahli kejiwaan membutuhkan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan diagnosis. Berikut tahapan pemeriksaan yang dibutuhkan sebelum mendiagnosis pasien depresi.
Tahapan pemeriksaan sebelum mendiagnosis depresi
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan. Karena dalam beberapa kasus kondisi kesehatan tertentu bisa menjadi pemicu munculnya depresi.
- Tes laboratorium. Tes ini berupa tes darah lengkap atau melihat fungsi tiroid. Karena penyakit tiroid dapat menimbulkan gejala yang serupa dengan depresi seperti rasa cemas, gugup dan sulit tidur.
- Evaluasi kejiwaan. Dalam tahapan ini ahli kesehatan mental akan menanyakan seputar gejala yang dialami, pikiran dan perasaan serta pola perilaku pasien. Di sini umumnya pasien akan diminta mengisi sejumlah kuesioner untuk mendapatkan kesimpulan kondisi pasien.
- Menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). DSM-5 adalah panduan kesehatan mental yang terbitkan oleh American Psychiatric Association. Dokter akan melihat kecocokan kriteria depresi yang tercantum pada DSM-5.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!