Share This Article
Jika kamu sudah bermain game Among Us, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah impostor. Dalam game ini impostor adalah penjahat yang sedang menyamar. Impostor memiliki tugas untuk menghabisi pemain lainnya tanpa dicurigai.
Ya, game Among Us memang tengah naik daun saat ini, namun tahukah kamu bahwa di dalam dunia psikologi terdapat imposter syndrome?
Mengenal imposter syndrome
Imposter dalam game Among Us dengan imposter syndrome sangatlah jauh berbeda. Imposter syndrome mengacu pada pengalaman pribadi yang meyakini bahwa kamu tidaklah se-kompeten seperti apa yang dianggap oleh orang lain.
Imposter syndrome merupakan kondisi psikologis yang membuat sesorang merasa tidak pantas untuk mendapatkan pekerjaan atau kesuksesan yang telah diraih. Jauh di dalam lubuk hati, ia merasa seperti penipu, pencapaian yang telah diraih adalah hasil dari keberuntungan yang tidak disengaja.
Tak hanya itu, seseorang dengan imposter syndrome selalu merasa takut bahwa suatu hari orang-orang akan mengekspos dirinya sebagai penipu.
Imposter syndrome pertama kali dikenalkan pada tahun 1978 oleh psikolog yang bernama Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes. Ketika kondisi ini pertama kali diperkenalkan, awalnya hanya dianggap berlaku untuk wanita yang berprestasi saja.
Namun, saat ini imposter syndrome tidak terbatas pada wanita saja, kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik wanita maupun pria dengan berbagai status sosial, latar belakang pekerjaan, serta tingkat kemampuan atau kemahiran.
Imposter syndrome sendiri memiliki 5 tipe, yakni:
- The perfectionist: Mereka yang menetapkan ekspektasi yang sangat tinggi untuk diri sendiri. Setiap kesalahan kecil akan membuat mereka mempertanyakan kemampuan diri sendiri
- The expert: The expert, merasa perlu untuk mengetahui setiap informasi sebelum mereka memulai suatu pekerjaan. Tak hanya itu, the expert juga takut dipandang sebagai seseorang yang tidak berpengalaman atau tidak berpengetahuan
- Natural genius: Ketika natural genius harus berjuang dan bekerja keras untuk mencapai sesuatu, mereka berpikir bahwa mereka tidak cukup baik. Mereka terbiasa dengan keterampilan yang datang dengan mudah, dan ketika mereka harus berusaha, otak mereka memberitahu bahwa itu adalah bukti bahwa mereka penipu
- The Soloist: Mereka merasa harus menyelesaikan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain. Jika mereka memerlukan bantuan, mereka berpikir gagal atau sebagai penipu
- The superman/superwoman: Mendorong diri sendiri untuk bekerja lebih keras dibandingkan dengan orang lain untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah penipu
Apa saja ciri-ciri imposter syndrome?
Beberapa ciri-ciri umum dari imposter syndrome adalah:
- Meragukan diri sendiri
- Ketidakmampuan untuk menilai kompetensi dan keterampilan yang dimiliki secara realistis
- Mengaitkan kesuksesan dengan faktor luar
- Memarahi kinerja diri sendiri
- Ketakutan bahwa kamu tidak akan memenuhi harapan
- Terlalu berprestasi
- Menyabotase kesuksesan diri sendiri
- Menetapkan tujuan yang sangat tinggi dan menantang, serta merasa kecewa ketika gagal
Bagaimana cara mengatasi imposter syndrome?
Salah satu langkah pertama untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan mengakui pikiran dan menempatkannya ke dalam perspektif yang positif. Ini mungkin sulit dilakukan, tetapi ada beberapa cara yang bisa kamu coba.
Bagikan perasaan
Bicaralah pada orang lain bagaimana perasaanmu. Kepercayaan irasional ini cenderung akan semakin parah jika kamu menyembunyikannya.
Menilai kemampuan diri sendiri
Jika kamu memiliki keyakinan tentang ketidakmampuan dalam situasi sosial dan kinerja, buatlah penilaian realistis dari kemampuanmu. Tuliskanlah semua pencapaianmu dan bandingkan dengan penilaian diri sendiri.
Jangan telalu fokus pada kesempurnaan
Banyak orang yang menderita imposter syndrome memiliki prestasi yang tinggi. Orang yang menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dan menjadi terbaik.
Ketika mengalami imposter syndrome, seseorang biasanya merasa seperti penipu karena membandingkan diri sendiri dengan hasil yang sempurna yang tidak mungkin atau tidak realistis.
Maka dari itu, langkah ketiga adalah janganlah terlalu fokus melakukan sesuatu dengan sempurna, tetapi lakukanlah hal-hal dengan cara yang baik dan berikan penghargaan pada diri sendiri.
Berhentilah membandingkan
Setiap kali kamu membandingkan diri sendiri dan orang lain, kamu akan menemukan kesalahan pada diri sendiri yang memicu perasaan tidak cukup baik atau tidak memiliki. Untuk mengatasi hal ini kamu harus menanamkan keyakinan bahwa kamu ahli dalam bidang yang kamu kerjakan.
Kapan harus ke psikolog?
Orang-orang yang mengalami imposter syndrome seringkali terjebak dalam pemikirannya. Mereka berpikir bahwa setiap tugas yang mereka tangani harus dikerjakan dengan sempurna dan mereka jarang meminta bantuan.
Siklus ini dapat dengan cepat menjadi siklus yang sangat melelahkan dan dapat memiliki efek negatif, bukan hanya pada karir saja, tetapi juga pada kesehatan, kesejahteraan, serta hubungan pribadi.
Kondisi ini berkontribusi pada tekanan psikologis, perbandingan diri yang berkelanjutan, peningkatan keraguan diri, dan ketakutan yang terus-menerus akan kegagalan.
Kondisi ini tidak boleh disepelekan dan harus segera ditangani, terlebih lagi jika imposter syndrome telah memengaruhimu dalam segala aspek. Jika imposter syndrome terus berlanjut segeralah kunjungi psikolog. Berbicara dengan psikolog dapat membantumu untuk lebih mengenal diri sendiri.
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!