Share This Article
Selama masa pandemi COVID-19, berbagai kegiatan mulai beralih diadakan secara online. Termasuk kegiatan pengenalan kampus untuk mahasiswa baru atau yang populer disebut dengan istilah ospek.
Seperti viral di media sosial potongan video ospek online Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dalam video terlihat mahasiswa senior memarahi mahasiswa baru dengan membentak. Warganet menilai cara senior menegur sangat berlebihan bahkan menyebutnya sebagai bullying.
Apa itu bullying dan bagaimana dampak buruknya? Begini penjelasannya.
Baca Juga: Jangan Dianggap Enteng! Ini Bahaya PTSD yang Bisa Sebabkan Bunuh Diri
Apa itu bullying?
Bullying atau perundungan adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. Biasanya tindakan ini berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.
Tindak kekerasan ini bisa terjadi di mana saja. Mulai dari sekolah, rumah, lingkaran pertemanan, keluarga hingga tempat kerja sekalipun. Bukan hanya itu, bullying juga dapat terjadi lewat media online yang bisa disebut sebagai cyberbullying.
Di Indonesia kasus perundungan atau kekerasan masih sering terjadi. Untuk itu pemahaman serta pencegahan bullying wajib disebarluaskan. Mengingat dampaknya yang luar biasa.
Jenis bullying
Bullying dapat melibatkan banyak bentuk kekerasan. Tindak kekerasan ini secara lebih lanjut dapat dikategorikan dalam beberapa jenis. Berikut adalah penjelasannya.
- Bullying fisik. Jenis ini paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya. Bullying fisik dapat meliputi tindakan memukul, menampar, menendang, mencubit, dsb. Serangan ini akan semakin bahaya ketika sosok penindas yang terlibat adalah orang yang lebih dewasa dan lebih kuat.
- Bullying verbal. Bullying verbal merupakan bentuk penindasan yang paling sering terjadi. Bentuknya beragam. Mulai dari julukan nama, celaan, fitnah, ancaman, hinaan, cacian, makian, pernyataan bernuansa ajakan seksual dan sebagainya.
- Bullying relasional. Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Bullying jenis ini paling sulit dideteksi dari luar.
- Cyber bullying. Jenis bullying ini hadir seiring perkembangan teknologi. Korban cyber bullying biasanya mendapat pesan yang menyakitkan dan negatif lewat media sosial, surel maupun SMS.
Baca juga: Seperti Apakah Pola Asuh Tepat untuk Anak? Ini Penjelasan Ahli
Mengapa bullying bisa terjadi?
Berdasarkan studi, bullying tidak terjadi begitu saja, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah. Terutama anak-anak yang mengalami situasi rumah penuh kekerasan dan stres. Anak akan mempelajari perilaku kekerasan yang ia lihat kemudian menirukannya kepada teman-teman.Â
- Sekolah. Bullying tidak jarang menjadi kasus yang diabaikan sekolah. Akibatnya pelaku bullying akan terus melakukan intimidasi terhadap anak lain. Berdasarkan laporan UNICEF pada 2015, kekerasan atau perundungan terhadap anak paling banyak ditemukan di sekolah.
- Kelompok pertemanan. Ketika berinteraksi dengan teman sebaya, sebagian anak cenderung melakukan bullying sebagai pembuktian untuk masuk dalam kelompok tertentu.
- Kondisi lingkungan sosial. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan bullying adalah kemiskinan. Hidup dalam kemiskinan seringkali membuat orang melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga tidak jarang kasus pemalakan terjadi di sekolah.Â
Bagaimana dampak bullying?
Dampak bullying nyatanya sangat serius. Bagi korban perundungan, ia berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Korban sangat rentan mengalami depresi, kegelisahan dan masalah tidur. Keluhan sakit secara fisik juga bisa terjadi. Seperti sakit kepala, sakit perut dan otot tegang, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, hingga penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
Dampak tersebut bahkan bisa menjadi lebih buruk yakni membuat korban melakukan tindakan negatif sebagai bentuk pelarian atau pemecahan masalah. Seperti, penggunaan narkoba, konsumi alkohol, tindakan menyakiti diri sendiri, hingga terpikir atau niat untuk mengakhiri hidup.
Bukan hanya melukai korban yang dibully, tindakan ini juga dapat mengganggu kesehatan mental pelaku, orang yang menyaksikan hingga orang lain yang terhubung dengan korban maupun pelaku. Dampak ini juga sangat mungkin terbawa hingga dewasa.
Baca juga: Deteksi Ciri-ciri Remaja Depresi dan Ketahui Bagaimana Peran Orang Terdekat
Cara mencegah bullying
Masalah bullying kerap kali terjadi terutama saat proses pertumbuhan menjadi dewasa. Supaya bisa mencegahnya, kamu perlu melakukan hal berikut:
- Berikan contoh baik. Perundungan adalah hasil dari perilaku yang dipelajari. Anak-anak atau remaja seringkali mencontoh perilaku buruk dari orang dewasa di sekitarnya. Untuk itu berikanlah contoh perilaku yang baik.
- Pelihara komunikasi. Komunikasi antara anak dan orang tua sangatlah berpengaruh. Sehingga ketika ada yang tidak beres, anak bisa terbuka menceritakannya pada orang tua.
- Berikan pemahaman. Pemahaman soal bullying tidak hanya penting bagi anak, tetapi juga guru, orang tua dan seluruh lapisan di masyarakat.
- Membuat kebijakan untuk perilaku bullying. Karena bullying seringkali terjadi di sekolah, aturan mengenai hal ini perlu diadakan secara tertulis oleh pihak sekolah. Bukan hanya soal melarang bullying tapi juga untuk membantu orang lain yang bermasalah.
Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!