Share This Article
Tahukah kamu bahwa masalah gizi buruk di kalangan kelompok balita masih menjadi perhatian utama di berbagai negara, khususnya Indonesia.
Dilansir dari laman who.int, sekitar 45 persen kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun yaitu terkait dengan gizi buruk.
Apa lagi masalah gizi yang masih banyak terjadi di Indonesia? Berikut pembahasan lengkapnya
3 Jenis masalah gizi di Indonesia
Melansir situs Unicef Indonesia, ada 3 masalah gizi di Indonesia yang mengancam masa depan jutaan anak dan remaja.
Berikut 3 masalah gizi di Indonesia yang harus segera ditangani:
1. Stunting (bertubuh pendek)
Stunting disebabkan karena malnutrisi atau kekurangan gizi kronis dan penyakit berulang selama kanak-kanak.
Anak yang mengalami stunting paling umum ditandai dengan tubuh yang lebih pendek dari anak kebanyakan seusianya.
Tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, stunting juga membatasi kemampuan kognitif anak secara permanen dan menyebabkan kerusakan yang lama.
Baca Juga :Agar Tumbuh dengan Baik, Penuhi Gizi Seimbang Untuk Anak Remaja
2. Wasting (bertubuh kurus)
Masalah kekurangan gizi lain di Indonesia adalah tingginya angka wasting pada anak-anak. Kondisi wasting ditandai dengan tubuh anak yang sangat kurus.
Wasting adalah masalah kekurangan gizi akut yang disebabkan oleh penurunan berat badan secara drastis atau kegagalan dalam proses menaikkan berat badan.
Anak-anak yang mengalami masalah gizi wasting atau pun kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi.
3. Kasus obesitas pada orang dewasa
Tak hanya anak-anak, orang dewasa di Indonesia juga punya masalah gizi yakni kegemukan atau obesitas.
Unicef menyebut angka kegemukan atau obesitas di Indonesia sudah naik hampir 2 kali lipat selama 15 tahun terakhir.
Masalah gizi yang satu ini meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit berbahaya seperti diabetes dan juga penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Baca Juga : Serba-serbi Obesitas pada Anak dan Bahayanya bagi Kesehatan
Masalah gizi buruk anak di Indonesia
Gizi buruk merupakan salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menjadi pemicunya.
Gizi buruk dapat berupa berat badan rendah terkait tinggi badan, serta tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Salah satu bentuk luas dari gizi buruk ialah stunting. Stunting adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Kondisi tersebut menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari anak normal seusianya. Selain itu, anak dengan stunting seringkali juga memiliki keterlambatan pola pikir dan diyakini sebagai akibat tidak terpenuhinya zat gizi.
Gejala gizi buruk pada anak
Dilansir dari laman nhs.uk, berikut merupakan tanda-tanda umum dari kekurangan gizi:
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja, kehilangan 5 persen hingga 10 persen atau lebih dari berat badan selama 3 sampai 6 bulan
- Berat badan rendah
- Kurangnya minat makan dan minum
- Merasa lelah sepanjang waktu
- Lemah dan lesu
- Sering sakit dan butuh waktu lama untuk pulih
- Pada anak-anak, tidak tumbuh atau tidak menambah berat badan pada tingkat yang diharapkan
Penyebab masalah gizi buruk di Indonesia
Ada beberapa faktor yang penyebab gizi buruk di dunia termasuk Indonesia.
Masalah gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kesehatan pada tumbuh kembang anak, di antaranya yakni:
- Pemberian makan yang terbatas dalam jumlah, kualitas dan variasi
- Penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang untuk pertumbuhan
- Infeksi subklinis akibat dari paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk
Stunting di Indonesia
Melansir data Kemenkes RI pada tahun 2018, setidaknya 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting. Prevalensi masalah stunting di Indonesia berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 mencapai 27,5 persen.
Berdasarkan standar WHO, angka prevalensi stunting di atas 20 persen tersebut sudah termasuk ke permasalahan yang kronis.
Angka ini juga menempatkan Indonesia di posisi teratas angka stunting terparah di Asia tenggara. Negara tetangga kita yakni Malaysia, angka prevalensinya hanya 17,2 persen.
Stunting sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapatkan anak di 1.000 hari pertama kehidupan. Itu artinya sejak ia masih di dalam kandungan sampai usianya 2 tahun.
Penyebab stunting di Indonesia
Masalah gizi buruk berupa stunting di Indonesia sudah jadi perhatian oleh pemerintah. Apalagi angka prevalensinya yang kian naik dan jauh dari standar WHO.
Berikut beberapa penyebab masalah gizi berupa stunting di Indonesia:
- Kurangnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Yakni sejak dari kandungan sampai usia 24 bulan. Ini bisa dipengaruhi faktor edukasi ibu, ekonomi, serta sosial budaya.
- Buruknya fasilitas sanitasi
- Keterbatasan atau minimnya akses ke air bersih
- Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Kondisi lingkungan yang jorok bisa sebabkan tubuh harus bekerja lebih keras melawan sumber penyakit sehingga proses penyerapan gizi terhambat
Bahaya stunting pada anak
Masalah kekurangan gizi pada anak yang menderita stunting dapat berdampak buruk pada kehidupan mereka, selamanya!
Melansir buletin stunting yang diterbitkan Kemenkes RI, berikut pembahasan mengenai dampak stunting pada anak.
Efek jangka pendek:
- Risiko terserang penyakit meningkat, sehingga risiko kematian juga ikut meningkat
- Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
- Peningkatan biaya kesehatan
Efek jangka panjang:
- Pertumbuhan postur tubuh yang tidak optimal saat anak beranjak dewasa, mereka menjadi lebih pendek dari standar orang seusianya
- Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
- Menurunnya kesehatan reproduksi
- Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
- Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
Dampak stunting dan masalah gizi di Indonesia pada negara
Melansir laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), stunting tak hanya memberikan dampak pada si anak. Stunting juga punya efek jangka panjang panjang pada pertumbuhan negara.
Sebab dari produktivitas rendah bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang nantinya bisa meningkatkan angka kemiskinan dan memperlebar angka ketimpangan ekonomi.
Mencegah terjadinya stunting
Pemerintah sendiri punya program untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia. Program ini dilakukan mulai dari edukasi ibu soal pentingnya asupan gizi sejak hamil hingga melahirkan.
Dan berbagai program lain yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak di antaranya:
- Memastikan ibu yang hamil mendapat asupan nutrisi yang cukup
- Mendorong para ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak minimal 6 bulan
- Melanjutkan program ASI berbarengan dengan MPASI atau Makanan Pendamping ASI untuk memastikan anak mendapat nutrisi yang baik dan cukup
- Ibu didorong untuk rutin memeriksakan anaknya ke Posyandu
- Memastikan kebutuhan air bersih terpenuhi
- Meningkatkan fasilitas sanitasi
- Menjaga kebersihan lingkungan
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!