Share This Article
Jika buah hati tercinta sulit untuk diam dan cenderung banyak bergerak secara konstan, bisa jadi itu adalah tanda dari anak hiperaktif. Berbeda dengan energik, anak hiperaktif mengalami suatu gangguan pada sistem sarafnya.
Sayangnya, tak sedikit orangtua yang sulit membedakan apakah si Kecil hanya sedang energik atau justru hiperaktif. Apa beda dari keduanya? Serta, bagaimana mengenali ciri-cirinya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu hiperaktivitas?
Hiperaktivitas atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi yang memengaruhi perilaku seseorang.
Mengutip dari NHS UK, sebagian besar kasus ADHD dialami oleh anak-anak. Gejala ADHD bisa terlihat sejak usia dini, dan mungkin berkembang saat anak mulai masuk sekolah.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan ADHD sebagai gangguan perkembangan saraf paling umum pada masa kanak-kanak.
Anak hiperaktif mungkin kesulitan untuk memerhatikan sesuatu, susah mengendalikan perilaku impulsif (bertindak tanpa memikirkan dampaknya), atau menjadi terlalu aktif.
Baca juga: Serupa Tapi Tidak Sama, Ini Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif yang Perlu Kamu Pahami
Penyebab anak hiperaktif
Hingga saat ini, belum diketahui secara jelas tentang penyebab pasti dari ADHD. Hanya saja, menurut CDC, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami kondisi tersebut, yaitu:
- Gangguan saraf atau struktur otak
- Paparan zat berbahaya pada ibu ketika sedang hamil, misalnya timbal
- Penggunaan alkohol dan tembakau oleh ibu selama masa kehamilan
- Persalinan prematur (sebelum minggu ke-37 masa kehamilan)
- Berat badan bayi rendah ketika lahir
Ada anggapan bahwa anak hiperaktif dapat disebabkan oleh makan terlalu banyak gula, sering menonton televisi, dan faktor hubungan rumah tangga orangtua. Faktanya, hingga saat ini belum ada penelitian yang mendukung hal tersebut sebagai pemicu hiperaktivitas pada anak.
Ciri-ciri anak hiperaktif
Gejala hiperaktivitas pada anak biasanya dimulai sebelum usia 12 tahun. Namun pada beberapa kasus, tanda-tandanya bisa terlihat sejak umur tiga tahun. Gejala dari ADHD bisa ringan, sedang, atau berat. Bahkan, dapat bertahan dan berlanjut hingga dewasa.
Anak hiperaktif cenderung melakukan tindakan yang impulsif, seperti:
- Sulit untuk diam
- Sering melamun
- Sulit mengingat sesuatu
- Banyak bergerak dan melakukan sesuatu
- Sering melakukan gerakan konstan
- Sulit untuk tenang
- Berbicara terlalu banyak
- Tidak bisa sabar ketika sedang menunggu sesuatu, termasuk antrean
- Mengganggu atau menyela percakapan dan aktivitas orang lain
Hiperaktif atau hanya terlalu bersemangat?
Tak sedikit orangtua yang sulit mendeteksi bahwa buah hati sedang mengalami ADHD. Sebab, gejalanya sama seperti ketika si Kecil terlalu bersemangat saat melakukan sesuatu. Perlu diketahui, dua hal tersebut adalah kondisi yang berbeda.
Dilansir dari Verywell Mind, anak yang sangat energik dan sulit untuk duduk diam mungkin bisa menandakan hiperaktivitas.
Namun, jika si Kecil masih mampu mengendalikan emosi dan impuls seperti memerhatikan dan memberikan respons baik terhadap sesuatu, hal tersebut kemungkinan bukan hiperaktivitas. Anak hiperaktif cenderung tidak bisa mengontrol apa yang diperbuat.
Artinya, anak tidak memikirkan dampak yang bisa ditimbulkan dari apa yang sedang dilakukan. Perilaku impulsif inilah yang kemudian menyebabkannya sulit untuk merespons, memerhatikan, dan mendengarkan arahan.
Baca juga: Moms Harus Tahu! Ini Tanda-Tanda Keterlambatan Perkembangan Motorik pada Bayi
Cara mengatasi anak hiperaktif
Hiperaktif berbeda dengan energik. Anak hiperaktif akan cenderung sulit untuk diarahkan, sehingga perlu penanganan khusus untuk mengatasinya. Dalam banyak kasus, hiperaktivitas diatasi dengan kombinasi terapi perilaku (cognitive behavioural therapy) dan obat penenang.
Selain itu, pola dan kebiasaan hidup juga dipercaya dapat meminimalkan dan meredakan gejala dari ADHD itu sendiri, yaitu dengan:
- Mengonsumsi makanan bergizi, seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan sumber protein tanpa lemak
- Berpartisipasi pada aktivitas fisik secara rutin, misalnya olahraga
- Membatasi durasi menonton TV
- Membatasi penggunaan komputer, ponsel, laptop, dan peralatan elektronik lainnya
- Tidur yang cukup dan berkualitas
Nah, itulah ulasan tentang kondisi hiperaktivitas pada anak dan ciri-cirinya yang perlu Moms ketahui. Selalu perhatikan kebiasaan dan perilaku si Kecil untuk mempermudah dalam mengenali risiko kondisi hiperaktivitas yang dialami anak, ya!
Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!