Share This Article
Antibiotik sudah tidak asing lagi di telinga kita. Obat ini biasanya digunakan untuk mengobati atau mencegah beberapa jenis infeksi bakteri. Namun, tahukah Moms jika antibiotik diberikan pada bayi ini bisa meningkatkan risiko penyakit asma?
Baca juga: Miliki Fungsi Berbeda, Ini 10 Golongan Obat Antibiotik yang Perlu Kamu Tahu
Sekilas tentang asma
Melansir dari Mayo Clinic, asma adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penyempitan dan pembengkakan pada saluran udara. Ketika ini terjadi, bisa menyebabkan seseorang sulit untuk bernapas, memicu batuk, atau bahkan timbulnya suara siulan (mengi) saat mengeluarkan napas.
Pada asma anak-anak, paru-paru dan saluran udara menjadi mudah meradang ketika terpapar suatu pemicu, misalnya saja menghirup serbuk sari, atau infeksi saluran pernapasan lainnya. Ketika asma terjadi pada anak-anak, ini bisa menganggu aktivitas si Kecil.
Moms, seperti kondisi lain pada umumnya, ada beberapa faktor risiko asma yang perlu Moms perhatikan, di antaranya adalah:
- Paparan asap rokok, termasuk sebelum lahir
- Reaksi alergi sebelumnya, seperti alergi makanan, rhinitis alergi
- Riwayat keluarga dengan asma atau alergi
- Tinggal di daerah dengan polusi tinggi
- Obesitas
- Kondisi pernapasan tertentu, seperti sinusitis dan pneumonia
- gastroesophageal reflux disease (GERD) pada anak
Cara mengatasi asma
Asma yang terjadi pada anak-anak adalah suatu kondisi yang harus sangat diperhatikan karena dapat membuat si Kecil tidak nyaman.
Pengobatan pada asma sangat bergantung pada usia, gejala, serta faktor pemicunya. Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi asma pada anak-anak.
Obat jangka panjang
Pengobatan pencegahan jangka panjang bertujuan untuk mengurangi peradangan pada saluran udara anak yang dapat menimbulkan gejala. Adapun obat yang termasuk jangka panjang di antaranya adalah:
- Kortikosteroid yang dihirup
- Inhaler kombinasi
- Teofilin
Obat pereda asma cepat
Obat perada cepat digunakan sesuai dengan kebutuhan untuk meredakan gejala asma yang timbul dengan cepat dan jangka pendek selama serangan asma. Obat-obatan ini termasuk:
- Short-acting beta agonists: Obat ini dapat meredakan gejala yang timbul dengan cepat selama serangan asma
- Kortikosteroid oral dan intravena: Obat-obatan ini dapat meredakan peradangan saluran napas yang disebabkan oleh asma yang parah
Benarkah pemberian antibiotik pada bayi bisa tingkatkan risiko asma?
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Mayo Clinic Proceedings meneliti sebanyak 14.572 anak yang lahir di Olmsted County, Minnesota. 7.026 di antaranya adalah perempuan dan 7.546 di antaranya adalah laki-laki.
Hasilnya cukup mengejutkan, sebanyak 70 persen bayi yang berusia di bawah 2 tahun yang setidaknya menerima 1 resep antibiotik, dapat meningkatkan risiko asma, rhinitis alergi, dermatitis atopik, penyakit celiac, obesitas, hingga attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi medis yang dapat ditimbulkan tersebut di kemudian hari dapat berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, jenis obat, serta dosis.
Melansir dari CNN Health, Nathan LeBrasseur, yang merupakan salah satu peneliti dalam studi tersebut mengatakan “Kami ingin menekankan bahwa penelitian ini menunjukkan hubungan, bukan penyebab, dari kondisi ini”.
Bagaimana jika antibiotik diberikan dalam jumlah yang lebih tinggi?
Studi menuliskan bahwa sekitar 70 persen bayi menerima setidaknya 1 resep antibiotik, dan sebagian lainnya menerima lebih banyak antibiotik.
Di antara anak-anak yang menerima resep antibiotik, hanya anak perempuan yang secara signifikan lebih berisiko mengembangkan dermatitis atopik dan penyakit celiac, sedangkan laku laki lebih berisiko mengalami obesitas.
Baca juga: 8 Penyebab Alergi Kulit pada Bayi dan Cara Tepat Mengatasinya
Apa jenis antibiotik yang paling sering diresepkan?
Di antara banyaknya jenis antibiotik, penisilin, sefalosporin, dan makrolid adalah antibiotik yang paling banyak diresepkan.
Penisilin dikaitkan dengan peningkatan risiko asma dan obesitas pada anak perempuan maupun laki-laki. Makrolida dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas dan asma pada kedua jenis kelamin, dan rhinitis alergi pada anak laki-laki.
Sedangkan untuk sefalosporin, paparan antibiotik jenis ini dikaitkan dengan peningkatan risiko pada lebih banyak kondisi, termasuk alergi makanan dan autisme.
Mengapa bisa terjadi?
Hal tersebut kemungkinan dapat terjadi karena gangguan bakteri di usus bayi, yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem imun, perkembangan saraf, serta metabolisme.
Antibiotik tidak dapat membedakan antara bakteri ‘baik’ dan ‘jahat’ dalam saluran pencernaan. Padahal, kita membutuhkan bakteri tertentu untuk menyerap nutrisi, melindungi seluruh sistem pencernaan, serta memecah makanan di usus.
Moms, dengan melihat hasil tersebut, ini berarti pemberian obat kepada si Kecil untuk mengobati suatu kondisi tertentu harus dilakukan dengan lebih berhati-hati lagi.
Moms juga dapat bertanya lebih lanjut mengenai kesehatan anak melalui melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!