Share This Article
Gangguan depresi adalah penyakit umum yang terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini bisa menyerang kapan saja, namun rata-rata kemunculannya di usia akhir remaja hingga pertengahan usia 20-an.
Depresi seringkali disalahartikan sebagai kesedihan biasa. Ada juga yang menganggapnya sama dengan stres. Jika kamu adalah orang yang memiliki anggapan tersebut, tandanya kamu perlu mengenal tentang gangguan depresi lebih lanjut lagi.
Baca juga: Merasa Kesepian Wajar, Tapi Kesepian akibat Depresi Ini yang Harus Diwaspadai
Apa itu depresi?
Depresi adalah gangguan perasaan yang menyebabkan rasa sedih dan kehilangan minat. Depresi juga memengaruhi cara berpikir dan cara berperilaku seseorang.
Dalam kondisi tertentu, depresi dapat menyebabkan masalah emosional dan fisik. Dalam kondisi yang parah, depresi membuat penderitanya kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari.
Penderitanya mungkin saja membutuhkan perawatan jangka panjang. Kabar baiknya, orang dengan depresi dapat menjalani perawatan dan dapat merasa lebih baik setelah melakukan pengobatan.
Meski seringkali dianggap sama, karena gejalanya yang mirip, namun depresi berbeda dari stres. Stres adalah reaksi tubuh saat menghadapi tekanan melebihi dari batas kemampuan seseorang mengatasinya. Dengan gejala cemas, takut, kelelahan dan beberapa gejala lainnya.
Jenis-jenis depresi
Depresi adalah suatu kondisi masalah mental yang terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari keparahan kondisi pasien. Namun umumnya, ada dua jenis utama depresi yaitu:
1. Gangguan depresi mayor
Gangguan depresi mayor adalah gangguan depresi yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, yang tidak kunjung hilang.
Umumnya,seseorang akan didiagnosis mengalami depresi jenis ini jika mengalami setidaknya lima jenis gejala depresi dan gejalanya bertahan setidaknya selama dua minggu.
2. Gangguan depresi persisten
Depresi jenis ini disebut juga sebagai distimia. Depresi jenis ini biasanya lebih ringan tetapi kronis. Gejalanya berlangsung setidaknya selama dua tahun.
Umumnya penderita gangguan depresi jenis ini akan mengalami gangguan dalam menjalani kegiatan sehari-harinya. Sifat kronis pada gangguan depresi jenis ini lebih menantang untuk diatasi, namun penderitanya memiliki kesempatan pengobatan yang sama dengan jenis depresi mayor.
Apa saja gejala gangguan depresi?
Ada orang yang mengalami gangguan depresi hanya sekali selama hidupnya. Namun ada yang mengalami gangguan ini beberapa kali dan penderitanya akan menunjukkan gejala seperti:
- Perasaan sedih, menangis, hampa atau putus asa
- Rasa marah yang meledak-ledak, mudah marah atau frustrasi
- Kehilangan minat atau tidak lagi bisa menikmati sebagian besar atau semua kegiatan normal, seperti seks, hobi atau olahraga
- Gangguan tidur, termasuk insomnia atau tidur terlalu banyak
- Kelelahan dan kekurangan energi, bahkan tugas kecil pun membutuhkan usaha ekstra
- Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
- Bertambahnya nafsu makan yang signifikan dan penambahan berat badan
- Mengalami kecemasan, mudah terhasut dan juga mudah gelisah
- Kemampuan berpikir, bicara dan menggerakan tubuh yang lambat
- Sulit berkonsentrasi dan sulit membuat keputusan
- Sulit mengingat
- Mengalami gangguan fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti mendadak sakit punggung atau sakit kepala
- Memikirkan kematian yang sering atau berulang, pikiran untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri atau bunuh diri
Gejala-gejala tersebut tidak semuanya dialami sekaligus. Pada tingkatan usia tertentu, gejala yang muncul pun akan berbeda-beda. Berikut perbedaan gejala yang ditunjukkan orang yang mengalami depresi berdasarkan perbedaan usia.
Gejala gangguan depresi pada orang dewasa
Banyak orang yang menganggap remeh gejala depresi. Karenanya depresi seringkali tidak terdiagnosis dan tidak dapat ditangani dengan tepat. Dalam banyak kasus, orang dengan depresi juga enggan mencari bantuan. Berikut gejala gangguan depresi yang umum dialami orang dewasa:
- Berubahnya kepribadian
- Kesulitan mengingat
- Kelelahan, kehilangan nafsu makan, mengalami masalah tidur atau kehilangan minat berhubungan seks yang bukan disebabkan oleh kondisi medis atau obat-obatan
- Enggan bersosialisasi dan tidak mau mencoba melakukan hal baru
- Memikirkan dan ingin melakukan bunuh diri, terutama pada pria yang lebih tua
Gejala gangguan depresi pada anak-anak dan remaja
Gejala yang muncul mirip dengan depresi pada orang dewasa. Namun ada perbedaan seperti:
- Pada anak-anak gejala depresi yang umum terjadi adalah mudah marah, mudah was-was, mengalami penurunan berat dan dan biasanya menolak untuk pergi ke sekolah.
- Pada remaja, yang membedakan adalah melibatkan hasil prestasi sekolah yang merosot, sensitif dan sering merasa adanya salah paham. Ada juga yang menggunakan narkoba atau alkohol. Dalam beberapa kasus juga ada yang mencoba melukai diri sendiri.
Seseorang yang didiagnosis depresi umumnya sudah mengalami berbagai gejala yang sudah disebutkan di atas, selama minimal dua minggu berturut-turut.
Apa penyebab terjadinya gangguan depresi?
Tidak diketahui pasti penyebab terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang dianggap memengaruhi seseorang mengalami penyakit ini. Dilansir dari psychiatry.org, faktor tersebut antara lain:
- Biokimia. Yaitu adanya perbedaan kimia pada otak yang dapat memengaruhi depresi pada penderitanya.
- Genetika. Depresi dapat menurun melalui genetik. Misalkan, salah satu anak kembar identik mengalami depresi, maka anak kembar yang satunya lagi memiliki kemungkinan mengalami depresi juga di kemudian hari. Kemungkinan tersebut hingga 70 persen terjadi.
- Kepribadian. Orang-orang dengan penghargaan diri yang rendah, mudah mengalami stres dan umumnya pesimistis lebih mungkin mengalami depresi.
- Faktor lingkungan. Kondisi tertentu yang terjadi di lingkungan dapat memicu terjadinya depresi. Kondisi tersebut seperti kekerasan fisik, penelantaran, pelecehan.
Bagaimana mendiagnosis gangguan depresi?
Dokter akan melakukan beberapa tes sebelum menentukan diagnosis. Tahapan tes tersebut antara lain:
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan. Karena dalam beberapa kasus kondisi kesehatan tertentu bisa menjadi pemicu munculnya depresi.
- Tes laboratorium. Tes ini berupa tes darah lengkap atau melihat fungsi tiroid.
- Evaluasi kejiwaan. Dalam tahapan ini ahli kesehatan mental akan menanyakan seputar gejala yang dialami, pikiran dan perasaan serta pola perilaku pasien. Di sini umumnya pasien akan diminta mengisi sejumlah kuesioner untuk mendapatkan kesimpulan kondisi pasien.
- Menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). DSM-5 adalah panduan kesehatan mental yang terbitkan oleh American Psychiatric Association. Dokter akan melihat kecocokan kriteria depresi yang tercantum pada DSM-5.
Bagaimana mengobati gangguan depresi?
Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling mungkin untuk diobati. Sebanyak 80 hingga 90 persen penderitanya membaik setelah menjalani perawatan. Orang yang mengalami depresi tersebut rata-rata bisa mengatasi gejala dengan baik.
Berikut beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan penderita depresi:
Obat-obatan
Obat yang umum digunakan adalah antidepresan. Obat ini digunakan untuk memodifikasi kondisi otak seseorang. Obat ini umumnya tidak memiliki efek pada orang yang tidak mengalami depresi.
Jika mengonsumsinya sesuai dengan resep dokter, pasien akan menunjukkan kemajuan dalam satu atau dua minggu pertama penggunaan. Pasien akan merasakan manfaat seutuhnya jika telah mengonsumsi obat selama dua hingga tiga bulan.
Jika pasien tidak merasakan perubahan atau tidak membaik setelah beberapa minggu, dokter biasanya akan menambahkan dosis atau mengganti dengan jenis depresan lainnya.
Hal yang mungkin terjadi saat menggunakan antidepresan
Jika sudah merasa membaik, jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba. Pemutusan penggunaan obat-obatan dapat berisiko membuat depresi memburuk tiba-tiba.
Bicarakan terlebih dahulu kepada dokter baru kemudian dokter yang akan menyarankan bagaimana pasien menyudahi pengobatan.
Psikoterapi
Psikoterapi adalah istilah yang digunakan untuk sesi berbicara dengan tenaga profesional kesehatan mental. Ada beberapa jenis psikoterapi yang bisa dilakukan, tergantung rekomendasi dari dokter.
Jenis yang umum dilakukan adalah terapi kognitif atau terapi interpersonal. Melakukan terapi ini akan membantu pasien untuk mengatasi beberapa kondisi seperti:
- Mampu menyesuaikan diri dengan keadaan atau kesulitan yang terjadi saat ini
- Mengidentifikasi perilaku negatif dan menggantinya dengan yang lebih sehat dan positif
- Mencari tahu pengalaman dan mencoba mengembangkannya ke arah positif dengan cara berinteraksi dengan orang lain
- Mencari cara untuk mengatasi masalah
- Membantu mengontrol diri dan meringankan gejala seperti rasa marah dan putus asa
- Mengembangkan kemampuan yang ada dan menerima kesulitan dengan cara yang lebih sehat
Electroconvulsive therapy (ECT)
Terapi ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak membaik meski telah mengonsumsi obat-obatan. Dilakukan berupa stimulasi listrik pada bagian otak untuk meredakan depresi.
Terapi yang sudah digunakan sejak 1940-an ini biasanya dilakukan dua hingga tiga kali seminggu. Dengan jumlah total 12 kali perawatan.
Baca juga: 5 Manfaat Berpikir Positif untuk Kesehatan yang Wajib Kamu Ketahui!
Apakah depresi bisa dicegah?
Tidak ada pencegahan yang bisa dilakukan dengan pasti. Namun, setelah didiagnosis kamu bisa melakukan berbagai macam kegiatan untuk mencegah depresi memburuk. Kegiatan ini juga bisa dilakukan untuk lebih menerima kondisimu saat ini. Beberapa hal bisa kamu lakukan antara lain:
- Hidup dengan sederhana. Menetapkan tujuan yang lebih sederhana dan lebih masuk akal akan membuat kamu merasa lebih tenang. Jika ternyata belum bisa memenuhi target, beri ruang untuk dirimu bersedih.
- Menulis jurnal. Menuliskan kata-kata bisa meningkatkan suasana hati. Lewat menulis kamu bisa mengekspresikan rasa kecewa, marah, takut dan juga bentuk emosi lainnya.
- Mengikuti grup yang bermanfaat. Saat ini sudah banyak grup organisasi yang memberikan dukungan untuk kesehatan mental, termasuk depresi. Kamu bisa mengikutinya untuk bertemu orang-orang yang juga sedang berjuang untuk sembuh di grup dukungan.
- Mencari cara mengelola stres. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti meditasi, relaksasi atau yoga.
- Mengatur waktu. Buatlah jadwal harian, agar hidup lebih teratur dan ini dapat membantumu mengatasi rasa kehilangan minat melakukan apapun.
- Hindari membuat keputusan jika kondisi sedang tidak baik. Jika merasa tidak baik atau tertekan, berikan waktu untuk berpikir jernih sebelum memutuskan sesuatu.
- Jangan mengisolasi diri. Cobalah untuk melakukan interaksi dengan orang lain dalam lingkup yang lebih luas, seperti mengikuti kegiatan sosial.
Depresi dan kecemasan
Dikutip dari Healthline, depresi dan kecemasan dapat terjadi secara bersamaan. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen penderita depresi juga memiliki gejala kecemasan.
Di sisi lain, depresi dan kecemasan juga memiliki gejala yang mirip, ini dapat meliputi:
- Mudah marah
- Sulit untuk mengingat atau berkonsentrasi
- Gangguan tidur
Bahkan, kedua kondisi tersebut juga memiliki beberapa pengobatan yang sama, seperti:
- Terapi, seperti cognitive behavioral therapy
- Obat-obatan tertentu
- Terapi alternatif
Depresi dan obsessive-compulsive disorder (OCD)
Obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah salah satu jenis gangguan kecemasan. Kondisi ini dapat menyebabkan pikiran, dorongan, dan ketakutan yang tidak diinginkan secara berulang (obsesi).
Ketakutan ini menyebabkan seseorang melakukan perilaku atau ritual berulang (kompulsif) yang pada dasarnya diharapkan dapat meredakan tekanan akibat obsesi.
Seseorang dengan kondisi ini seringkali menemukan diri mereka terjebak dalam lingkaran obsesi dan kompulsi. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari situasi sosial, yang mana dapat meningkatkan risiko depresi.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!