Share This Article
Pernah merasakan sakit kepala sebelah? Mungkin itu adalah migrain. Istilah migrain sendiri sudah umum di kalangan masyarakat Indonesia. Tapi, tidak sedikit yang sulit membedakannya dengan pusing biasa.
Lalu, apa saja penyebab munculnya migrain, gejala, dan cara pencegahannya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Apa itu migrain?
Migrain atau yang sering dikenal dengan sakit kepala sebelah adalah suatu kondisi neurologis yang bisa menyebabkan serangkaian gejala. Gejalanya ditandai dengan sakit pada kepala yang intens dan relatif berat.
Migrain umumnya berawal pada rasa nyeri di satu sisi, meski kemungkinan bisa menyebar ke beberapa sisi lainnya di kepala.
Baca juga: Jangan Remehkan, Kenali Jenis-Jenis Sakit Kepala yang Perlu Kamu Tahu
Apa bedanya dengan sakit kepala biasa?
Banyak orang masih bingung untuk membedakan antara sakit kepala biasa dan migrain.
Migrain pada umumnya hanya menyerang satu sisi kepala pada tahapan awal, meski bisa saja kemudian menyebar ke semua bagian lain pada jangka waktu yang lebih lama.
Sementara itu, sakit kepala biasa adalah kondisi sakit kepala yang terjadi secara menyeluruh, baik pada tahap awal sampai akhir. Perbedaan antara keduanya adalah pada durasi dan kepekaan sensorik.
Migrain bisa berlangsung selama berhari-hari, sedangkan pusing biasa mungkin dalam hitungan menit atau jam. Selain itu, saat kondisi ini terjadi, saraf sensorik akan lebih peka terhadap cahaya yang menyilaukan, aroma kuat seperti parfum, dan suara yang keras.
Migrain juga bisa disertai gejala lain seperti rasa mual dan kesemutan pada sejumlah area tubuh. Gejala-gejala tersebut tidak terjadi pada orang yang sedang mengalami pusing biasa.
Apa penyebab sakit kepala sebelah akibat migrain?
Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui apa penyebab pasti dari salah satu gangguan pada kepala ini.
Hanya saja, berdasarkan hasil sejumlah penelitian yang telah dibuat, migrain bisa terjadi pada seseorang karena adanya gangguan saraf di kepala, termasuk perubahan kimia yang terjadi di otak. Salah satunya adalah penurunan kadar serotonin.
Faktor pemicu migrain
Meski penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun ada beberapa indikator yang bisa menjadi pemicu terjadinya sakit kepala tersebut, di antaranya:
- Obat-obatan hormon. Obat-obatan yang bekerja melibatkan hormon dalam tubuh manusia seperti pil kontrasepsi, bisa menyebabkan gangguan di kepala. Ini disebabkan oleh reaksi saraf otak terhadap perubahan hormon itu sendiri.
- Perubahan hormon. Perubahan hormon yang diakibatkan kondisi tertentu bisa memicu migrain, misalnya menstruasi. Fluktuasi estrogen bisa menjadi faktor utamanya.
- Alkohol. Kandungan di dalam alkohol dapat menyebabkan kerusakan saraf pada otak dalam jangka waktu panjang.
- Stres. Kondisi stres atau depresi memberikan ketegangan pada kepala, yang berakhir pada terganggunya sirkulasi pada pembuluh darah.
- Aspek sensorik. Migrain dapat terjadi saat adanya stimulus pada saraf sensorik, seperti suara yang keras, aroma yang kuat seperti dari parfum, dan sinar atau cahaya yang menyilaukan.
- Perubahan tidur. Saat seseorang mengalami masalah pada tidurnya, fungsi otak akan berkurang dan saraf di kepala akan kehilangan fungsi terbaiknya.
- Perubahan cuaca. Perubahan cuaca membuat suhu sekitar mengalami fluktuasi. Akibatnya, tekanan barometrik memicu terjadinya migrain pada kepala.
- Makanan. Beberapa kudapan olahan, terutama junk food, memiliki kandungan garam yang tinggi. Ini bisa memicu terjadinya gangguan pada kesehatan, termasuk kepala.
Gejala migrain yang sering terjadi
Gejala migrain bukan hanya sakit kepala sebelah saja. Ada banyak tanda-tanda lainnya yang dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Namun, dari semua jenis migrain yang ada, gejala umum yang muncul meliputi:
- Nyeri sedang hingga berat.
- Rasa sakit pada satu atau semua sisi kepala.
- Denyut yang intens.
- Ketidakmampuan melakukan sesuatu akibat rasa sakit kepala yang dirasakan.
- Muntah dan mual.
- Peka terhadap suara keras dan cahaya yang menyilaukan.
- Perubahan suhu tubuh secara bertahap.
- Sakit perut dan diare.
Gejala tersebut dapat muncul sebelum, selama, dan atau setelah migrain itu berlangsung. Meski, tidak semua jenis memiliki gejala yang sama seperti yang telah disebutkan di atas.
Jenis-jenis migrain
Meski gejalanya hampir mirip antara satu dengan yang lain, migrain memiliki banyak klasifikasi yang dibedakan berdasarkan faktor pemicu dan tanda-tandanya, di antaranya adalah:
1. Aura
Jenis ini juga disebut sebagai migrain klasik, terjadi pada 25 persen orang di seluruh dunia. Artinya, janis aura memiliki persentase yang lebih kecil dan kemungkinan terjadinya relatif tidak banyak.
Mengutip International Headache Society, aura sendiri merupakan suatu gejala yang dipicu oleh gangguan sistem saraf yang bisa muncul pada sebelum atau bersamaan dengan sakit kepala itu sendiri.
Ada beberapa karakteristik dari aura, yaitu:
- Masalah pada saraf sensorik (kesemutan dan lidah mati rasa).
- Sulit untuk bergerak.
- Penglihatan berkurang.
- Denging di telinga.
- Pendengaran berkurang.
- Ataksia (kesulitan mengontrol tubuh).
2. Nonaura
Jenis ini adalah yang paling sering dialami sebagian besar orang. Beberapa gejala atau karakteristik dari migrain nonaura adalah:
- Sakit kepala sebelah bertahap yang jika tidak diobati bisa semakin parah.
- Rasa nyeri pada satu sisi kepala dengan kategori sedang sampai berat.
- Rasa sakit yang semakin bertambah saat tubuh dipaksa untuk bergerak.
- Rasa mual dan muntah.
Migrain nonaura murni disebabkan oleh gangguan saraf di kepala. Artinya, bukan merupakan komplikasi dari penyakit yang telah diderita seseorang.
3. Vestibular
Migrain yang satu ini hampir mirip dengan vertigo. Bahkan, tidak jarang yang menganggapnya sebagai vertigo. Ini disebabkan oleh gejala yang hampir sama, yaitu sakit kepala yang disertai ketidakseimbangan pada tubuh.
Istilah “vestibular” mengacu pada sistem tubuh yang melibatkan otak dan telinga. Sakit kepala ini bisa terjadi pada semua usia, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Sama seperti vertigo, migrain vestibular sangat melemahkan keseimbangan tubuh. Artinya, jika dibiarkan, bisa membuatmu tidak berdaya dalam melakukan sesuatu. Penanganan dokter adalah hal yang tepat agar terhindar dari komplikasi penyakit lainnya.
4. Kronis
Migrain kronis adalah salah satu jenis yang terparah, bisa terjadi dalam rentang waktu cukup lama, bahkan hingga tiga bulan lebih.
Ada banyak pemicu sakit kepala kronis ini, di antaranya adalah kombinasi dari beberapa jenis migrain serta efek samping dari konsumsi obat-obatan tertentu. Gejala-gejala yang dirasakan pada umumnya sebagai berikut:
- Sakit kepala tak tertahankan.
- Cedera leher.
- Menderita penyakit serius lainnya, seperti radang sendi (artritis).
- Tekanan darah tinggi.
Oleh karena itu, penanganan serius dari dokter sangat dibutuhkan untuk meredakan gejala yang ada.
5. Optikal
Migrain optikal juga bisa disebut sebagai migrain retina. International Headache Society memaparkan, migrain jenis ini dapat terjadi karena adanya ketidakstabilan pada dua mata yang disebabkan oleh faktor berikut:
- Cahaya yang menyilaukan.
- Kehilangan penglihatan di satu mata.
Ketidakseimbangan ini membuat saraf mata mengirim sinyal ke otak lalu menerjemahkannya dengan rasa sakit pada kepala. Kondisi ini lebih sering terjadi pada seseorang yang memiliki astigmatisme (gangguan mata silinder).
6. Menstrual
Migrain menstrual hanya dialami oleh wanita, meski tidak semuanya. Mengutip headaches.org, kondisi ini terjadi pada 60 persen wanita saat sebelum, selama, atau setelah periode menstruasi.
Sakit kepala jenis ini dipicu oleh estrogen, hormon seks pada wanita yang berperan pada siklus menstruasi. Migrain menstrual terjadi karena adanya perubahan kadar estrogen.
Wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi juga rentan terkena sakit kepala jenis ini, karena pil tersebut bekerja melibatkan estrogen.
Gejala migrain mestrual hampir mirip dengan migran nonaura, yaitu dimulai dengan sakit kepala yang berdenyut di satu sisi, disertai rasa mual dan sensitivitas terhadap suara dan cahaya yang meningkat.
7. Migrain karena stres
International Headache Society memang tidak memasukkan stress migraine sebagai salah satu jenis migrain. Hanya saja, stres bisa menjadi pemicu dari sakit kepala itu sendiri.
Kondisi ini bisa timbul akibat adanya ketegangan di kepala, membuat sirkulasi di pembuluh darah menjadi tidak normal.
Baca juga: Sakit Kepala Tak Tertahankan, Ini 10 Cara Meredakannya
Migrain pada anak
Migrain tidak terbatas pada usia tertentu. Anak-anak juga bisa mengalami kondisi sakit kepala yang sama seperti orang dewasa. Hanya saja, gejalanya tidak separah usia dewasa. Migrain pada anak biasanya disertai dengan:
- Berkurangnya nafsu makan.
- Mual.
- Malas melakukan aktivitas.
- Sensitif terhadap cahaya dan suara.
Migrain pada ibu hamil
Migrain pada ibu hamil umumnya disebabkan oleh ketidakstabilan hormon. Oleh karena itu, biasanya sakit kepala yang dirasakan akan berangsur membaik setelah melalui proses persalinan.
Meski begitu, tetap ada peluang terjadinya migrain saat proses melahirkan. Beberapa faktor pemicunya adalah:
- Kelahiran prematur.
- Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah bobot yang seharusnya.
- Preeklampsia (tekanan darah tinggi saat hamil).
Migrain yang terjadi saat masa kehamilan menjadi tantangan tersendiri. Ini karena saat hamil, wanita tidak boleh sembarang minum obat, karena bisa membahayakan janinnya jika terjadi reaksi negatif.
Dokter akan memberikan obat khusus yang bisa meredakan sakit kepala, namun tidak memberikan dampak buruk bagi janin.
Orang-orang yang berisiko mengalami sakit kepala sebelah
Selain melihat dari pemicunya, ada beberapa kelompok orang yang memiliki tingkat risiko lebih tinggi terkena migrain dibandingkan yang lain yaitu:
- Usia. Meski dapat terjadi pada siapa saja, orang berusia 30 tahun ke atas lebih rentan mengalami kondisi ini.
- Gender. Wanita memiliki risiko terkena migrain karena lebih sering mengalami ketidakstabilan hormon, seperti saat menstruasi dan hamil.
- Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat migrain berpeluang untuk mengalami hal yang sama.
Baca juga: Pijat untuk Vertigo, Apakah Ampuh dan Bagaimana Caranya?
Cara mengatasi dan mengobati migrain
Pengobatan migrain terdiri dari dua jenis, yaitu:
- Obat pereda nyeri, bekerja dengan cara menghentikan nyeri pada migrain, seperti aspirin atau ibuprofen.
- Obat pencegahan, diminum secara teratur untuk mengurangi tingkat keparahan dan risiko komplikasi penyakit kepala lainnya.
Jika obat-obatan tersebut tidak memberikan efek signifikan, maka dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- MRI, digunakan untuk mendapatkan hasil visual tentang struktur otak dan pembuluh darah di sekitarnya, memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio.
- CT Scan, digunakan untuk menangkap gambar penampang otak secara detail, membantu dokter mengidentifikasi adanya gangguan yang menyebabkan sakit kepala.
Pencegahan migrain
Bisa dikatakan, migrain adalah reaksi yang diberikan tubuh secara spontan setelah melakukan atau terjadi sesuatu. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan dengan menerapkan pola atau gaya hidup sehat, seperti:
- Tetap terhidrasi. Cukupi asupan cairan tubuh dengan minum minimal 1,5 liter air setiap hari.
- Tidur yang cukup. Tidur yang kurang bisa mengacaukan fungsi saraf otak.
- Kelola stres dengan baik. Ini akan membantu tubuhmu mengurangi ketegangan yang ada di kepala.
- Olahraga. Selain menyehatkan, aktivitas yang satu ini juga bisa menjaga sirkulasi darah menuju otak tetap berjalan dengan baik.
- Relaksasi. Saat tubuh merasa tenang, otak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
Itulah ulasan lengkap tentang migrain beserta cara pencegahannya. Yuk, jaga kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari migrain!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!