Share This Article
Salah satu tanda seseorang dengan penyakit Bell’s palsy adalah memiliki kelumpuhan pada otot-otot wajah. Kelumpuhan ini menyebabkan satu sisi wajah terkulai atau menjadi kaku.
Kondisi Bell’s palsy bisa terjadi ketika saraf yang mengontrol otot-otot wajah meradang, bengkak, atau terkompresi. Yuk kenali lagi tentang penyakit ini supaya kamu bisa lebih paham.
Baca Juga: Mengenal Cerebral Palsy, Penyakit pada Anak yang Efeknya Sampai Dewasa
Apa itu penyakit Bell’s palsy?
Bell’s palsy adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelumpuhan otot pada satu sisi wajah. Saat terserang penyakit Bell’s palsy, kamu mungkin akan kesulitan tersenyum atau bahkan menutup mata pada sisi yang sakit.
Pada kebanyakan kasus, Bell’s palsy bersifat sementara dan gejalanya biasanya hilang setelah beberapa minggu.
Pemberian nama Bell’s palsy didasari oleh ahli anatomi Skotlandia, Charles Bell yang merupakan orang pertama yang menggambarkan kondisi tersebut.
Apa penyebab Bell’s palsy?
Penyakit Bell’s palsy juga banyak dikenal sebagai palsy wajah perifer akut yang hingga saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Namun beberapa pihak meyakini penyakit Bell’s palsy sebagai hasil pembengkakan dan radang saraf yang mengontrol otot di satu sisi wajah.
Bell’s palsy terjadi ketika saraf kranial ketujuh menjadi bengkak atau terkompresi hingga mengakibatkan kelumpuhan wajah.
Selain itu, infeksi virus juga banyak dikaitkan dengan faktor penyebab penyakit Bell’s palsy, seperti:
- Luka dingin dan herpes genital (herpes simplex)
- Cacar air dan herpes zoster (herpes zoster)
- Mononukleosis menular (Epstein-Barr)
- Infeksi sitomegalovirus
- Penyakit pernapasan (adenovirus)
- Campak jerman (rubella)
- Mumps (virus gondong)
- Flu (influenza B)
- Penyakit tangan-kaki-dan-mulut (coxsackievirus)
Siapa saja yang lebih berisiko terkena Bell’s palsy?
Mengutip dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke, penyakit Bell’s palsy mampu menyerang siapa pun di segala usia. Namun lebih umum terjadi antara usia 16 hingga 60 tahun.
Beberapa faktor risiko penyakit Bell’s palsy paling mudah berkembang pada orang dengan kondisi, seperti:
- Kehamilan
- Mengidap diabetes
- Mengalami infeksi paru-paru
- Mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek
- Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi penyakit Bell’s palsy.
Apa gejala dan ciri-ciri Bell’s palsy?
Penyakit Bell’s palsy bisa muncul tiba-tiba dan mampu berkembang pada satu hingga dua minggu setelah kamu mengalami pilek, infeksi telinga, atau infeksi mata.
Munculnya penyakit ini ditandai dengan wajah yang terlihat murung di satu sisi. Namun, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, Bell’s palsy dapat memengaruhi kedua sisi wajah.
Beberapa gejala lainnya yang mungkin muncul adalah:
- Keluar air liur
- Kesulitan makan dan minum
- Ketidakmampuan untuk membuat ekspresi wajah, seperti tersenyum atau cemberut
- Kelumpuhan pada wajah
- Otot berkedut di wajah
- Mata dan mulut kering
- Sakit kepala
- Sensitivitas terhadap suara
- Iritasi mata pada sisi yang terlibat
Jika kamu memiliki gejala-gejala ini, segera hubungi dokter dan jangan pernah melakukan diagnosis sendiri terhadap penyakit ini.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat Bell’s palsy?
Untuk kasus-kasus ringan, Bell’s palsy bisa hilang hanya dalam satu bulan. Namun pada beberapa kasus yang lebih parah, Bell’s palsy bisa menyebabkan komplikasi seperti:
- Kerusakan permanen pada saraf wajah
- Pertumbuhan kembali serat saraf yang tidak normal yang mengakibatkan kontraksi otot-otot tertentu secara tidak sadar
- Kebutaan sebagian atau seluruhnya pada mata yang tidak dapat ditutup karena kekeringan yang berlebihan.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati Bell’s palsy?
Ada dua cara umum yang bisa dilakukan untuk penanganan penyakit bell’s palsy, yaitu secara medis (dokter) dan cara alami di rumah. Penanganan di dokter melibatkan serangkaian pemeriksaan. Sedangkan penanganan di rumah, biasanya fokus pada pemulihan.
Perawatan Bell’s palsy di dokter
Diagnosis penyakit Bell’s palsy dibuat berdasarkan presentasi klinis karena tidak ada tes laboratorium khusus untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit ini.
Secara umum, dokter akan melakukan pemeriksaan pada wajah bagian atas dan bawah. Dalam kebanyakan kasus, kelumpuhan terjadi pada otot wajah bagian atas dan bawah, termasuk dahi, kelopak mata, serta mulut.
Walaupun studi pencitraan tidak diperlukan, tetapi kadang-kadang pemeriksaan tersebut dapat membantu mengonfirmasi diagnosis.
Konfirmasi ini penting untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain seperti stroke, infeksi dan tumor yang dapat menyebabkan kelumpuhan wajah.
Beberapa jenis pemeriksaan tersebut adalah:
Elektromiografi (EMG)
Tes elektromiografi dapat mengonfirmasi adanya kerusakan saraf dan menentukan tingkat keparahannya.
EMG mengukur aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi dan sifat serta kecepatan konduksi impuls listrik di sepanjang saraf.
Tes yang menggunakan elektroda ini dimasukkan ke dalam otot untuk menilai perubahan aktivitas listrik selama wajah melakukan gerakan.
Pemindaian gambar (MRI atau CT scan)
Magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized tomography (CT) scan mungkin diperlukan pada beberapa kasus.
Pemindaian ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan sumber tekanan lain pada saraf wajah, seperti tumor atau fraktur tengkorak.
Operasi
Meskipun jarang, operasi plastik mungkin diperlukan untuk memperbaiki masalah saraf pada wajah. Reanimasi wajah membantu membuat wajah terlihat lebih merata dan dapat mengembalikan gerakan wajah.
Contoh dari jenis operasi ini adalah pengangkatan alis, pengangkatan kelopak mata, implan wajah dan cangkok saraf.
Cara mengatasi penyakit Bell’s palsy secara alami di rumah
Otot wajah yang lumpuh dapat menyusut dan memendek hingga menyebabkan kontraktur permanen. Kontraktur sendiri merupakan suatu kondisi kekakuan jaringan di dalam tubuh yang seharusnya bersifat fleksibel dan mudah digerakkan.
Oleh karena itu, penanganan Bell’s palsy di rumah lebih fokus pada melatih otot wajah untuk menghindari kontraktur permanen, yaitu dengan:
- Mengangkat alis: Angkat alis dan tahan selama 5 hingga 10 detik, kemudian turunkan. Lakukan hingga otot bagian bawah wajah terasa ikut tertarik.
- Latihan bibir: Gerakkan bibirmu seperti tersenyum, mengucapkan huruf P, B, M, dan F secara perlahan, serta kembungkan pipi dengan bibir tertutup lalu tiup udara itu keluar.
- Latihan hidung: Buat hidungmu mengembang dan mengempis. Jika sulit untuk melakukannya, berusahalah semampunya.
- Latihan leher dan dagu: Miringkan kepala ke satu sisi dan sedikit ke belakang, tahan 10 detik dan kembali ke posisi awal. Ulangi dengan bergerak ke sisi lainnya. Latihan peregangan ini bisa membantu menjaga kelenturan otot di sekitar leher.
Lindungi mata yang tidak bisa tertutup
Menggunakan obat tetes mata sebagai pelumas pada siang hari dan salep mata di malam hari akan membantu menjaga mata kamu tetap lembap. Letakkan handuk kecil basah hasil rendaman air hangat pada wajah beberapa kali sehari dapat membantu meringankan rasa sakit.
Terapi Bell’s palsy
Selain obat-obatan medis dan alami, penderita Bell’s palsy bisa rutin mengikuti beberapa terapi untuk mempercepat proses penyembuhan. Beberapa terapi yang umum dilakukan untuk penderita Bell’s palsy adalah:
Akupunktur
Terapi bell’s palsy yang pertama adalah akupuntur. Menusukkan jarum tipis ke titik tertentu di kulit dipercaya bisa membantu menstimulasi saraf dan otot.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan perawatan akupunktur memiliki gejala lebih sedikit daripada yang tidak.
Terapi biofeedback
Terapi Bell’s palsy selanjutnya adalah biofeedback (neurofeedback). Terapi ini adalah sebuah metode yang memerlihatkan efek fisiologis terhadap stres, relaksasi dan beban kerja.
Melakukan terapi ini dapat membantu kamu melakukan kontrol yang lebih baik atas otot-otot wajah.
Apa saja obat Bell’s palsy yang biasa digunakan?
Tidak ada perawatan khusus untuk mengobati Bell’s palsy. Namun, jika dokter mendiagnosis kondisi kamu cukup serius, dokter mungkin akan menyarankan obat atau terapi untuk mempercepat pemulihan. Beberapa cara pengobatan yang mungkin disarankan adalah:
Obat Bell’s palsy di apotek
Untuk membeli obat bell’s palsy di apotek, sangat disarankan untuk menggunakan resep dokter. Sebab, minum obat yang tidak tepat bisa memperparah keadaan.
Obat kortikosteroid
Mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid seperti prednison dapat mengurangi pembengkakan saraf wajah.
Efektivitas obat kortikosteroid akan bekerja lebih baik jika mulai dikonsumsi beberapa hari ketika gejala muncul.
Obat antivirus
Beberapa pendapat mengatakan bahwa peran obat antivirus yang ditambahkan dengan steroid mungkin akan bermanfaat bagi beberapa orang yang mengalami Bell’s palsy.
Beberapa obat antivirus seperti valacyclovir (Valtrex) atau acyclovir (Zovirax), terkadang diberikan bersama dengan prednison pada orang dengan kelumpuhan wajah yang parah.
Obat pereda nyeri
Kamu bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau acetaminophen yang dapat membantu meredakan nyeri ringan.
Obat Bell’s palsy alami
Selain obat-obatan medis, kamu bisa menggunakan bahan alami atau herbal untuk mengatasi bell’s palsy. Menurut sebuah penelitian pada 2018, beberapa herbal yang bisa mendukung proses penyembuhan kelumpuhan yang disebabkan oleh gangguan saraf di antaranya adalah:
- Rimpang jeringau
- Tanaman pulai
- Tanaman palasa (ploso)
- Kunyit
- Saffron
- Ginkgo biloba
- Tanaman kratom
- Pare
- Jintan hitam
- Daun meniran
- Tanaman ranggitan
- Daun sage
Apa saja makanan dan pantangan untuk penderita Bell’s palsy?
Penderita Bell’s palsy sebaiknya memerhatikan makanan hariannya. Beberapa makanan memiliki tekstur yang keras, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk mengunyahnya. Padahal, penderita Bell’s palsy memiliki keterbatasan dalam melakukan hal itu.
Dilansir dari Live Strong, penderita Bell’s palsy disarankan untuk memilih makanan bertekstur lembut, agar mudah untuk mengunyahnya hanya dengan satu sisi mulut.
Pengidap Bell’s palsy juga dianjurkan untuk memperbanyak asupan vitamin B12, B6, dan seng untuk membantu proses perbaikan saraf. Makanan yang mengandung nutrisi tersebut di antaranya adalah:
- Keju
- Ikan laut
- Pisang
- Kembang kol
- Brokoli
- Bayam
- Sereal
Sedangkan untuk pantangannya, penderita Bell’s palsy sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak trans. Lemak jahat bisa menghambat proses penyembuhan saraf yang lumpuh.
Lemak trans biasanya terdapat pada hampir semua makanan yang digoreng menggunakan minyak.
Bagaimana cara mencegah penyakit Bell’s palsy?
Mengutip NHS UK, penyakit Bell’s palsy tidak bisa dicegah. Sebab, sebagian besar pemicunya adalah infeksi virus. Hanya saja, kamu bisa meminimalkan risikonya dengan menjaga kesehatan saraf.
Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi dan beberapa herbal seperti yang telah disebutkan di atas.
Penyakit Bell’s palsy pada ibu hamil
Beberapa laporan menunjukkan beberapa kecenderungan risiko wanita hamil terserang Bell’s palsy. Kecenderungan ini dikaitkan dengan tingginya kandungan cairan ekstraseluler, peradangan virus, dan karakteristik imunosupresi kehamilan.
Sebagian besar kasus Bell’s palsy terjadi pada trimester ketiga. Pada beberapa kasus, serangannya bisa akut dan menyakitkan.
Meskipun jarang terjadi, prognostik buruk penyakit Bell’s palsy pada ibu hamil memiliki kemungkinan akan terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Penyakit Bell’s palsy pada anak
Bell’s palsy pada anak biasanya memiliki tanda-tanda perbaikan dalam waktu sekitar 6 minggu. Pada beberapa anak mungkin memiliki kelumpuhan ringan dan berkelanjutan pada otot-otot wajah mereka.
Pada sejumlah kecil anak-anak, saraf tidak pulih dan bahkan mengalami kelumpuhan otot permanen.
Jika anak mengalami kesulitan saat menutup mata, sangat penting bagi anak untuk mengoleskan obat tetes mata beberapa kali sehari. Adanya infeksi telinga juga bisa diatasi dengan antibiotik atas resep dokter.
Baca Juga: Sebabkan Kelumpuhan Otot Wajah, Apakah Bell’s Palsy Berbahaya?
Penyakit Bell’s palsy karena AC
Siapa sangka, ternyata sering terpapar udara dingin dari air conditioner (AC) bisa meningkatkan risiko terkena penyakit Bell’s palsy, lho. Sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat menjelaskan, temperatur udara bisa memicu respons dari saraf di wajah.
Perubahan suhu secara tiba-tiba menjadi alasan utama terjadinya Bell’s palsy. Misalnya, ketika kamu memasuki ruangan bersuhu dingin dari jalanan yang sangat panas. Ini bisa meningkatkan risiko kelumpuhan saraf di wajah.
Gejala Bell’s palsy karena AC ditandai dengan otot wajah yang lemas, terkulai, dan berkedut. Lalu, telinga akan terasa nyeri serta mulut mengeluarkan air liur tanpa bisa dikontrol. Gejala tersebut biasanya terjadi secara bertahap, mulai dari ringan hingga berat.
Oleh karena itu, jika kamu sudah merasakan gejala mati rasa atau kaku otot di sekitar wajah, segera cari bantuan medis terdekat.
Nah, itulah ulasan lengkap tentang penyakit Bell’s palsy yang bisa membuat wajahmu lumpuh sebelah. Tetap jaga kesehatan, ya!
Punya pertanyaan lebih lanjut terkait Bell’s palsy? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk melakukan konsultasi. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!