Share This Article
Penyakit leukemia atau kanker darah dapat menyerang siapa saja. Sayangnya, belum ada kejelasan mengenai penyebab pasti penyakit ini.
Sesuai namanya, leukemia merupakan penyakit yang menyerang darah. Jika terkena penyakit ini, tandanya ada masalah dalam leukosit atau sel darah putih kamu.
Di Indonesia, kasus leukemia tercatat terus bertambah. Tahun 2018 saja, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 11.314 kematian di Indonesia yang disebabkan oleh leukimia.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah penjelasan tentang penyakit leukimia yang perlu kamu tahu.
Meningkatnya sel darah putih
Kanker darah ini dimulai dengan serangan di sumsum tulang, tempat memproduksi sel darah. Kerusakan produksi sel darah, dalam hal ini sel darah putih, membuat sel darah tersebut tumbuh dengan tidak terkontrol.
Padahal, secara alami, sel darah harus mati untuk kemudian digantikan dengan sel darah baru yang dibentuk di sumsum tulang.
Sel darah putih yang tidak normal itu adalah sel kanker. Dalam penyakit leukemia, sel kanker ini jumlahnya melebihi sel darah yang sehat.
Gejala penyakit leukemia
1. Kesulitan pembekuan darah
Kondisi ini bisa menyebabkan kamu mudah memar dan perdarahan tapi lambat dalam penyembuhannya. Bisa juga muncul petechiae yang merupakan bintik merah dan ungu pada kulit.
Petechiae menandakan pembekuan darah tidak berlangsung baik. Ini juga terjadi saat sel darah putih yang belum matang memenuhi keping darah yang merupakan bagian penting dalam pembekuan darah.
2. Infeksi yang sering
Sel darah putih merupakan komponen penting untuk melawan infeksi. Jika sel darah putih tidak bekerja dengan baik, kamu bisa sering terkena infeksi. Hal ini dikarenakan sistem imun kamu justru menyerang sel tubuh.
3. Anemia
Seiring dengan sel darah merah yang berkurang, kamu bisa terkena anemia. Ini berarti darah kamu tidak memiliki cukup hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh sel di tubuh.
Hemoglobin juga mengalirkan zat besi ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi bisa membuat kamu kesulitan untuk bernapas dan memiliki kulit pucat.
4. Gejala lain
Beberapa gejala lain yang mungkin timbul ketika kamu terkena penyakit leukemia adalah:
- Mual.
- Nyeri di tulang atau sendi.
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
- Demam atau berkeringat saat malam.
- Merasa lelah dan letih.
- Rasa tidak nyaman atau pembengkakan di perut.
- Kehilangan berat badan dan nafsu makan.
Faktor risiko
Karena tidak diketahui persis apa yang menyebabkan kanker ini muncul, kamu pun tidak bisa melakukan pencegahan secara khusus.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko penyakit leukemia:
- Radiasi ion artifisial: Hal ini bisa terjadi saat kamu menerima terapi radiasi untuk pengobatan kanker sebelumnya,
- Virus: Virus human T-lymphotropic (HTLV-1) memiliki kaitan dengan leukemia,
- Kemoterapi: Mereka yang menerima pengobatan kemoterapi untuk kanker sebelumnya memiliki peluang lebih tinggi untuk terkena leukemia setelahnya.
- Terpapar benzena: Ini merupakan senyawa yang digunakan dalam zat pembersih dan pewarna rambut.
- Kondisi genetik: Anak dengan down syndrome memiliki sepertiga kromosom 21. Hal ini membuat risiko terkena leukemia akut meningkat hingga 2 hingga 3 persen dibandingkan anak tanpa sindrom tersebut.
- Riwayat keluarga: jika kamu memiliki saudara dengan leukemia, kamu berpotensi, walaupun tidak besar, terkena penyakit ini. Kamu yang kembar identik memiliki risiko 1:5 terkena jika kembaranmu menderita leukemia.
- Masalah imun bawaan: beberapa kondisi masalah imun dapat meningkatkan risiko infeksi berat dan leukemia. Di antaranya adalah:
- ataxia-telangiectasia.
- bloom syndrome.
- schwachman-diamond syndrome.
- wiskott-aldrich syndrome.
Tipe penyakit leukemia
Ada empat kategori utama dari penyakit ini. Yaitu akut, kronis, lymphocytic dan myelogenous. Berikut penjelasan detailnya:
1. Leukemia kronis dan akut
Pada dasarnya, sel darah putih melewati beberapa tahap pertumbuhan. Dalam kasus leukemia akut, pertumbuhan sel darah putih terjadi dengan cepat dan terkumpul di sumsum tulang dan darah.
Sel darah putih itu keluar dari sumsum tulang lebih cepat dan tidak berfungsi dengan normal. Sementara untuk leukemia kronis, perkembangannya terjadi lebih lambat.
2. Leukemia lymphocytic dan myelogenous
Biasanya, dokter akan menggolongkan leukemia yang terjadi sesuai dengan sel darah mana yang mereka serang.
Leukemia lymphocytic terjadi jika sel kanker merubah tipe sumsum tulang yang menghasilkan limfosit. Limfosit sendiri adalah sel darah putih yang berperan dalam sistem imun.
Sementara leukemia myelogenous terjadi saat perubahan sel kanker menyerang sumsum tulang yang membuat sel darah, ketimbang menyerang sel darah itu sendiri.
3. Leukemia lymphocytic akut
Anak berusia lima tahun memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit ini. Meskipun demikian, orang dewasa juga bisa terkena, terutama untuk yang berusia 50 tahun ke atas.
Dari lima kematian karena tipe ini, empat di antaranya terjadi pada orang dewasa.
4. Leukemia lymphocytic kronis
Tipe ini sangat umum terjadi pada orang dewasa berusia 55 tahun ke atas, tapi pemuda dewasa pun dapat terkena penyakit ini juga.
American Cancer Society mencatat sekitar 25 persen orang dewasa dengan leukemia memiliki tipe leukemia lymphocytic kronis. Penyakit ini lebih umum terjadi pada pria ketimbang wanita dan jarang terjadi pada anak-anak.
5. Leukemia myelogenous akut
Tipe ini lebih sering terjadi pada orang dewasa ketimbang anak-anak, dan pada umumnya tipe ini merupakan kanker yang langka. Kanker ini umum terjadi pada pria ketimbang wanita.
Tipe ini berkembang dengan cepat, gejalanya berupa demam, kesulitan bernapas, dan nyeri di sendi. Faktor lingkungan menjadi pemicu dari tipe ini.
6. Leukemia myelogenous kronis
Tipe ini kebanyakan berkembang di orang dewasa. American Cancer Society mencatat 15 persen kejadian leukemia yang terjadi merupakan tipe leukemia myelogenous kronis.
Diagnosis leukemia
Cara mendiagnosis leukemia dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
– Pemeriksaan darah dan sumsum tulang
Selain melihat dari gejala dan faktor risiko, juga pemeriksaan fisik untuk mengecek tanda-tanda leukemia seperti pembengkakan kelenjar getah bening.
Jumlah sel darah yang tidak normal dapat menjadi satu pertimbangan diagnosis leukemia.
Sampel dari sumsum tulang juga bisa diambil untuk membuat diagnosis. Penyedotan sumsum tulang akan dilakukan menggunakan jarum berukuran panjang dan tipis untuk disuntikan di tulang panggul dengan anestesi lokal.
Jika ditemukan adanya sel kanker, maka sel darah dan sel sumsum tulang akan dikaji lebih jauh untuk menentukan tipe dari kanker supaya dapat menentukan bagaimana pengobatan yang tepat untuk kamu.
– Tes lain
Tes lainnya yang mungkin berguna adalah X-ray dada untuk menentukan apakah ada pembengkakan kelenjar getah bening atau tanda lain dari penyakit ini.
Dan juga prosedur lumbar puncture untuk mengambil cairan dari tulang belakang di bagian punggung bawah bisa dilakukan. Ini untuk melihat apakah sel leukemia sudah memasuki membran dan ruang yang mengitari tulang belakang dan otak.
Test seperti MRI dan CT scan juga bisa dilakukan untuk menentukan penyebaran penyakit ini.
Penanganan penyakit leukemia
Penanganan yang dilakukan bergantung pada tipe leukemia, usia dan kondisi kesehatan dari si penderita. Meskipun demikian, penanganan utama dari leukemia adalah kemoterapi.
Pada penanganan yang dijalankan secara dini, kesempatan untuk peringanan penyakit pada penderita menjadi lebih tinggi.
Beberapa tipe penanganan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau watchful waiting adalah langkah yang bisanya diambil orang dengan leukemia kronis yang tidak bergejala. Hal ini dilakukan dengan mengawasi penyakit supaya penanganan berikutnya dimulai ketika gejala itu muncul.
Teknik ini membuat pasien dapat menghindari atau menunda efek samping dari pengobatan leukemia. Meskipun demikian, risiko dari langkah ini adalah mengurangi kesempatan untuk mengontrol penyakit leukemia sebelum dia bertambah parah.
2. Kemoterapi
Dokter akan melakukan pengobatan intravena atau melalui pembuluh darah menggunakan tetesan atau jarum. Pengobatan ini akan ditargetkan untuk membunuh sel kanker.
Meskipun demikian, bisa terjadi kerusakan sel nonkanker dan menyebabkan efek samping berat, termasuk kerontokan rambut, penurunan berat badan dan mual.
Kemoterapi merupakan pengobatan utama untuk tipe leukemia myelogenous akut. Terkadang, dokter bisa saja merekomendasikan transplantasi sumsum tulang untuk menangani penyakit ini.
3. Terapi biologis
Terapi ini menggunakan organisme hidup, substansi yang berasal dari makhluk hidup atau versi sintesis dari substansi ini untuk mengobati kanker.
Penanganan dengan terapi biologis pada beberapa tipe kanker dapat berupa antibodi, vaksin tumor atau sitokin yang merupakan substansi yang dihasilkan dalam tubuh untuk mengontrol sistem imun.
Efek samping dari terapi ini lebih ringan daripada kemoterapi dan bisa menyebabkan pembengkakan atau ruam di tempat injeksi untuk penyuntikan intravena yang memasukan agen penyembuhan tersebut.
Efek samping lainnya adalah pusing, sakit pada otot, demam atau bisa juga kelelahan.
4. Terapi target
Tipe pengobatan ini menggunakan tyrosine kinase inhibitor yang menargetkan sel kanker tanpa menyerang sel lainnya, dengan demikian akan mengurangi efek samping dari pengobatan kanker. Contohnya adalah imatinib, dasatinib dan nilotinib.
Banyak penderita leukemia myelogenous kronis memiliki mutasi gen yang akan merespons imatinib.
Dalam sebuah survei yang dipublikasi oleh American Cancer Society menemukan adanya kemungkinan hidup hingga 5 tahun sebesar 90 persen yang dimiliki penderita kanker yang mengonsumsi imatinib.
5. Terapi interferon
Metode ini memperlambat dan nantinya akan menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel leukemia. Obat ini bertindak dengan cara yang sama sebagaimana sistem imun dihasilkan secara alami.
Meskipun demikian, obat ini dapat menyebabkan efek samping yang hebat.
6. Terapi radiasi
Pada orang yang memiliki tipe leukemia khusus, seperti leukemia lymphocytic akut, akan disarankan untuk menjalani terapi radiasi yang menghancurkan jaringan sumsum tulang sebelum dilakukan transplantasi.
7. Operasi
Operasi biasanya dilakukan untuk mengangkat limpa, tapi ini bergantung pada tipe dari leukemia kamu.
8. Transplantasi sel punca
Pada prosedur ini, tim medis akan menghancurkan sumsum tulang dengan cara kemoterapi, terapi radiasi atau keduanya. Setelah itu akan dilakukan penyuntikan sel punca baru ke sumsum tulang untuk menciptakan sel darah nonkanker.
Prosedur ini dapat dilakukan secara efektif untuk mengobati leukemia myelogenous kronis. Biasanya pasien yang berusia lebih muda dapat melakukan transplantasi dengan lebih berhasil ketimbang pasien yang lebih tua.
Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!