Share This Article
Kamu mungkin pernah menemukan seseorang yang terus menerus mencuci tangannya atau membersihkan sesuatu secara berulang. Hal ini bisa jadi tanda dari penyakit OCD. Yuk ketahui informasi selengkapnya mengenai gangguan yang satu ini.
Penyakit OCD membuat penderitanya melakukan perilaku berulang
Penyakit OCD atau obsessive-compulsive disorder adalah gangguan di mana seseorang memiliki pikiran serta ketakutan tak terkendali (obsesi). Obsesi inilah yang menyebabkan penderitanya melakukan perilaku berulang (kompulsi).
Pola pikir penderita gangguan ini lebih sering berpusat pada suatu alasan. Seperti memiliki ketakutan akan kuman, hingga seolah memiliki kewajiban mengatur benda-benda dalam pola tertentu. Umumnya, pikiran tersebut tidak masuk akal namun dilakukan secara berulang.
Biasanya gangguan ini dimulai pada akhir masa kanak-kanak atau remaja awal.
Tipe penyakit OCD
Faktanya gangguan mental ini dapat dibedakan dalam beberapa tipe. Setiap tipe memiliki kecemasan yang berbeda-beda. Berikut adalah tipe-tipe penyakit OCD:
- Tipe pemeriksa
Penderita OCD tipe ini biasanya harus berulang kali mengonfirmasi ingatan yang dimiliki. Seperti berulang kali memeriksa keadaan pintu mobil, lampu rumah, keran air atau hal lainnya yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Pemeriksaan yang dilakukan penderita OCD dapat terjadi ratusan kali dan seringkali menghabiskan waktu berjam-jam. Terkadang mereka juga melakukan pemeriksaan kepada orang-orang terdekatnya.
- Tipe anti-kontaminasi
Bila kamu menemukan orang yang terus menerus mencuci tangannya setelah menyentuh barang, bisa jadi dia adalah penderita OCD tipe yang satu ini.
Biasanya para penderita OCD akan merasa ketakutan akan kontaminasi dari suatu barang, sehingga mereka selalu membersihkan sesuatu secara berulang dan berlebihan.
Selain cuci tangan, penderita OCD juga dapat melakukan pengulangan yang tidak wajar saat menggosok gigi, membersihkan kamar, mandi, dan kegiatan bersih-bersih lainnya.
- Tipe penimbun barang
Penderita OCD tipe ini biasanya memiliki ketidakmampuan untuk membuang barang bekas atau tidak berguna. Sehingga mereka akan bermasalah dengan tumpukkan barang di rumahnya.
- Tipe perenung
Penderita OCD tipe ini memiliki pemikiran obsesif yang luas dan tidak terfokus. Seringkali hal yang dipikirkan adalah hal-hal filosofis, seperti apa yang terjadi setelah kematian atau awal dari alam semesta.
- Tipe pemikir intrusif
Pemikiran intrusif menimbulkan pemikiran obsesif yang mengerikan pada penderita OCD. Mereka dapat memiliki pikiran-pikiran untuk menyakiti orang yang dicintai secara kasar.
Mereka juga bisa jadi memiliki pikiran yang berisi obsesi pada hubungan, membunuh orang lain atau bunuh diri, takut menjadi pedofil, atau terobsesi dengan takhayul.
- Tipe penjaga kerapian
Seorang penderita OCD juga mungkin terobsesi dengan benda yang dibariskan secara rapi untuk mengurangi ketidaknyamanan dalam pikiran mereka.
Sebagai contoh, mereka dapat menyesuaikan buku-buku di rak mereka berulang kali sehingga semuanya lurus dan berbaris sempurna.
Gejala OCD
Biasanya ada dua jenis gejala OCD: obsesi dan kompulsi. Namun, dalam beberapa kasus, seseorang mungkin hanya memiliki gejala restobsessif atau hanya memiliki gejala kompulsif. Gejala obsesif dan kompulsif juga dapat dibedakan satu sama lain. Perhatikan baik-baik!
1. Gejala Obbsesi
Obsesi bisa diartikan sebagai rasa kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu. Obsesi dapat menghasilkan perasaan mulai dari jengkel dan tidak nyaman hingga tekanan akut, jijik, dan panik.
Gejalanya adalah sebagai berikut:
- Takut pada kuman, kotoran, atau hal yang dapat menyebabkan kontaminasi
- Takut akan bahaya dari penyakit, kecelakaan atau kematian yang mungkin terjadi pada diri sendiri atau orang lain
- Memiliki pemikiran agresif untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain
- Selalu merasa ragu dan tidak bisa mendapatkan ketidakpastian
- Memiliki pemikiran yang mengganggu terkait seks, agama atau kekerasan
- Perfeksionis, selalu menginginkan semuanya simetris atau dalam urutan yang sempurna.
Obsesi dapat dipicu oleh kehadiran benda-benda, sentuhan fisik, situasi, bau atau sesuatu yang terdengar di kuping. Biasanya obsesi dipicu oleh hal yang spesifik. Misalnya genangan air di jalan atau rak buku yang berantakan.
Supaya lebih paham, berikut ada contoh dari gejala obsesi yang umum terjadi:
- Takut terkontaminasi oleh benda yang sudah disentuh orang lain
- Selalu ragu
- Merasa gusar jika barang-barang tidak ditempatkan pada tempatnya atau berantakan
- Memiliki pemikiran untuk bertindak tidak pantas di depan umum
- Imajinasi seksual yang tidak menyenangkan.
2. Gejala Kompulsi
Kompulsi akan membuat seseorang merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang. Kompulsi adalah perilaku berulang yang dialami oleh penderita OCD untuk merespons pemikiran obsesif dan sering dilakukan dalam pola khusus.
Gejalanya adalah sebagai berikut:
- Mencuci sesuatu secara berlebihan
- Membersihkan sesuatu secara berlebihan
- Secara berulang-ulang memeriksa hal tertentu
- Mengulangi kata atau angka secara berulang
- Memesan dan mengatur berbagai hal dengan cara tertentu
- Terus-menerus mengajukan pertanyaan untuk mencari jaminan
Kompulsi biasanya dilakukan dengan pola atau aturan tertentu. Kompulsi memang dapat melepaskan rasa khawatir dalam tubuh untuk sementara.
Namun, kompulsi justru memperkuat kecemasan dan membuat obsesi tampak lebih nyata, sehingga kecemasan segera kembali. Contoh perilaku dari gejala obsesi adalah sebagai berikut:
- Mencuci tangan, mandi atau sikat gigi secara berlebihan hingga kulit terluka
- Membersihkan barang-barang rumah secara berlebihan
- Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikannya terkunci
- Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikannya mati
- Menghitung dalam pola tertentu
- Diam-diam mengulangi doa, kata atau frasa
- Mengatur barang-barang agar sesuai urutan dan rapi
Penyebab OCD
Penyebab gangguan mental yang satu ini belum sepenuhnya dapat dipastikan. Namun sebagian teori beranggapan faktor berikut ini adalah yang dapat menyebabkan OCD.
- Faktor biologis. Penyakit OCD mungkin merupakan hasil dari kelainan struktur kimia atau kelainan fungsi otak dalam tubuh seseorang
- Faktor genetik. OCD mungkin memiliki komponen genetik, tetapi gen spesifiknya belum dapat diidentifikasi hingga saat ini
- Faktor lingkungan hidup. OCD dapat berkembang atas apa yang dipelajari dalam lingkungan terdekatnya yakni keluarga.
Baca juga: Mengenal Alprazolam, Obat Mengatasi Gangguan Kecemasan dan Panik
Risiko komplikasi
Penyakit OCD dapat menimbulkan permasalahan lain dalam kehidupan penderitanya, seperti:
- Masalah kesehatan, kebanyakan penderita OCD mengalami dermatitis kontak akibat sering cuci tangan
- Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk melakukan perilaku
- Kesulitan menghadiri pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sosial
- Kualitas hidup buruk
- Memiliki pemikiran dan perilaku untuk bunuh diri
Kelompok dengan risiko tinggi terkena OCD
Penyakit OCD memang dapat menyerang siapa saja. Baik orang dewasa maupun anak-anak. Namun pada kelompok berikut risiko terkena penyakit yang satu ini lebih tinggi.
- Riwayat penyakit dalam keluarga. Memiliki orang tua atau anggota keluarga lain yang menderita kelainan ini dapat meningkatkan risiko terkena OCD.
- Melewati peristiwa hidup yang penuh tekanan. Bila kamu pernah mengalami peristiwa traumatis yang membuatmu stres, risiko kamu terkena OCD akan lebih tinggi.
- Memiliki gangguan kesehatan mental lainnya. Bila kamu memiliki gangguan kesehatan mental lain, risiko terkena OCD akan lebih tinggi. Gangguan kesehatan yang dimaksud di antaranya adalah gangguan kecemasan, depresi, sindrom tourette atau penyakit tic.
Baca juga: Cara Ampuh Menjaga Kesehatan Mental Saat Menjalani Puasa di Musim Pandemi
Pengobatan penyakit OCD
Penyakit OCD biasanya diobati dengan obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Namun penyakit ini tidak bisa disembuhkan 100 persen.
Meski begitu pengobatan terhadap OCD tetap penting untuk dilakukan agar penderitanya tetap bisa menjalani aktivitas dan tidak terlalu terganggu. Sebagian penderitanya mungkin membutuhkan perawatan jangka panjang, berkelanjutan atau lebih intensif.
Dua jenis perawatan utama yang direkomendasikan untuk OCD adalah psikoterapi dan obat-obatan. Seringkali, perawatan paling efektif dengan kombinasi dari kedua terapi tersebut.
1. Konsumsi obat-obatan
Untuk membantu mengurangi gejala OCD, kamu dapat menggunakan obat-obatan yang tergolong dalam jenis serotonin reuptake inhibitor (SRI).
Biasanya dosis yang diberikan untuk dalam pengobatan OCD lebih tinggi daripada depresi. Meski begitu, tidak semua pasien cocok untuk menjalani perawatan dengan obat-obatan.
Efek samping dari antidepresan yang mungkin terjadi setelah mengonsumsinya adalah mual, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, pusing dan kelelahan. Efek-efek ini biasanya menurun setelah beberapa minggu menjalani perawatan
Penting diingat, bila kamu diberi resep oleh dokter, pastikan bahwa:
- Paham dengan risiko dan manfaat dari obat yang dikonsumsi
- Jangan berhenti minum obat tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu
- Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba dapat menyebabkan “rebound” atau memburuknya gejala OCD
- Bila merasakan efek samping yang tidak nyaman, segeralah diskusikan dengan dokter. Kamu mungkin butuh dosis yang berbeda.
2. Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan terapi bicara yang dilakukan untuk mengubah pola berpikir, keyakinan dan perilaku yang dapat memicu kecemasan dan gejala kompulsif obsesif.
Namun jangan sembarangan, terapi perilaku kognitif harus dilakukan oleh ahli atau spesialis kesehatan mental profesional ya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa 75 persen penderita penyakit OCD secara signifikan terbantu setelah melakukan terapi perilaku kognitif. Terapi ini membantu kecemasan yang dirasakan pasien menurun dari hari ke hari.
Namun keberhasilan jenis perawatan ini tidaklah instan. Kamu juga harus menghindari penggunaan alkohol yang berlebihan, obat-obatan dan beberapa jenis obat. Untuk itu, penting bagi kamu mengabarkan obat-obatan yang sedang kamu konsumsi pada terapismu.
3. Teknik manajemen kecemasan
Teknik manajemen kecemasan dapat membantu seseorang untuk mengelola gejala mereka sendiri, dan ini mencakup beberapa hal seperti cara melakukan relaksasi, pernapasan dan meditasi.
Kamu bisa mempelajari teknik manajemen kecemasan secara teratur untuk membantumu menghadapi gejala OCD. Teknik ini juga efektif jika digunakan bersama dengan program perawatan terapi perilaku kognitif.
Cara mencegah penyakit OCD
Sayangnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan obsesif kompulsif ini. Namun mendapat perawatan yang tepat dan sesegera mungkin dapat mencegah OCD menjadi lebih buruk. Sehingga kegiatan dan rutinitas harianmu tidak terganggu.
Tips untuk penderita OCD
Bila kamu adalah penderita OCD, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk membuat kehidupanmu lebih ringan dijalani. Di samping menerima terapi atau perawatan dari dokter kamu juga bisa melakukan beberapa hal seperti:
- Mengalihkan fokus terhadap kegiatan yang kamu suka seperti olahraga atau bermain game. Hal ini mampu membantu kamu menunda keinginan untuk melakukan perilaku kompulsi.
- Tuliskan pikiran atau kekhawatiran yang ada dalam pikiranmu. Kebiasaan ini dapat membantu mengidentifikasi seberapa sering obsesi terjadi kepadamu.
- Jaga dirimu. Meskipun stres tidak menyebabkan OCD, stres dapat memicu timbulnya perilaku obsesi dan kompulsi atau membuatnya lebih buruk.
- Cobalah berlatih teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam selama setidaknya 30 menit sehari.
Nah itu dia informasi seputar penyakit OCD. Yuk selalu pelihara kesehatan mental supaya terhindar dari berbagai gangguan karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!