Share This Article
Parkinson adalah salah satu penyakit yang umum menyerang seseorang lanjut usia. Mengutip Parkinson News Today, saat ini, jumlah pengidap penyakit parkinson di seluruh dunia sudah mencapai 10 juta orang.
Parkinson sendiri sering dihubungkan dengan alzheimer. Keduanya memang sama-sama gangguan pada saraf otak. Bedanya, parkinson mengakibatkan pengidapnya mengalami banyak gangguan gerak, seperti sulit berdiri dan berjalan.
Yuk, simak ulasan lengkap tentang penyakit parkinson berikut ini.
Apa itu penyakit parkinson?
Penyakit parkinson adalah suatu gangguan pada sistem saraf yang secara berangsur memengaruhi kinerja otak, termasuk bagian yang berfungsi untuk mengontrol gerakan tubuh.
Gejalanya bisa beragam, namun akan terlihat secara perlahan hingga tahapan yang nemerlukan penanganan medis.
Mengutip Mayo Clinic, penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan yang digunakan selama perawatan hanya membantu meredakan gejala. Dengan begitu, pengobatan pada pasien parkinson biasanya berlangsung seumur hidup sejak diagnosis pertama diberikan.
Penyebab penyakit parkinson
Sampai saat ini, belum ada ilmuwan yang bisa memastikan penyebab dari penyakit parkinson. Hanya saja, ada sejumlah faktor yang bisa mendorong terjadinya gangguan saraf otak ini, di antaranya:
- Cedera kepala. Seseorang yang mengalami cedera pada kepala sangat rentan untuk terkena parkinson. Cedera kepala bisa disebabkan banyak hal, misalnya kecelakaan, benturan keras, dan kaku otot berlebih.
- Racun. Saat racun tak sengaja terhirup atau masuk ke dalam tubuh, otak akan kehilangan fungsi terbaiknya. Racun sendiri bekerja dengan menyerang otak dan jantung, dua organ terpenting dalam tubuh manusia.
- Faktor lingkungan. Meski peluang terjadinya sangat kecil, faktor lingkungan sekitar dapat meningkatkan risiko terkena parkinson.
- Kelainan pada otak. Kelainan bisa berupa adanya gumpalan dari zat tertentu yang menghambat fungsi otak dalam menjalankan tugasnya. Gumpalan tersebut dikenal dengan istilah ‘lewy bodies’.
- Usia. Saat memasuki usia 50 tahun, fungsi saraf dan otak akan menurun, sehingga meningkatkan risiko parkinson. Meski, penyakit ini juga bisa menyerang kalangan muda.
Berhubungan dengan keturunan?
Penyakit parkinson bisa saja terjadi secara turun-temurun, meski persentasenya relatif kecil. Menurut US National Institues of Health, hanya 15 persen pasien parkinson yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit serupa.
Penelitian yang sama juga memaparkan, faktor genetik dapat membuka peluang terjadinya penyakit ini secara turun-temurun. Hanya saja, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan apakah penyebab parkinson diturunkan dari orang tua.
Jenis penyakit parkinson
Mengutip Parkinson News Today, penyakit parkinson dibedakan menjadi dua jenis, yaitu primary parkinsonism dan secondary parkinsonism. Keduanya dibedakan berdasarkan bagaimana reaksi otak pada pengobatan yang diberikan.
1. Penyakit parkinson primer
Jenis ini merupakan yang paling banyak terjadi pada pengidap parkinson, dengan persentase mencapai 85 persen. Parkinson primer yang juga disebut parkinson idiopati ini belum diketahui penyebab pastinya.
Sedangkan untuk penanganannya, menggunakan obat-obatan yang bekerja dengan menggantikan molekul dopamin, hormon otak yang berfungsi memberikan rangsangan ke seluruh tubuh.
2. Penyakit parkinson sekunder
Yang membedakan jenis parkinson ini dengan parkinson primer adalah ketidakmampuan otak dalam menyerap obat-obatan pengganti hormon dopamin.
Pengobatan parkinson sekunder dilakukan dengan cara induksi, yaitu teknik perangsangan terhadap anggota tubuh yang melemah.
Baca juga: Skizofrenia: Penyebab, Gejala dan Cara Pencegahannya
Gejala penyakit parkinson
Parkinson sendiri memiliki banyak gejala yang berkaitan dengan terganggunya rangsangan tubuh terhadap saraf. Tanda-tanda ini terjadi secara bertahap, mulai ringan sampai berat.
1. Tremor
Tremor adalah kondisi saat anggota tubuh bergerak dengan sendirinya secara terus-menerus, seperti gemetar atau menggigil. Tremor biasa terjadi pada tangan, kaki, dan dagu.
Pada tahap awal, tremor akan muncul pada satu sisi bagian tubuh, lalu menyebar ke sisi lainnya pada stadium berikutnya. Tremor pada penyakit parkinson disebut dengan ‘rest tremor’ atau ‘tremor istirahat’. Artinya, getaran itu akan berhenti saat anggota tubuh digunakan untuk beraktivitas.
2. Sulit untuk jalan
Selain tremor, sulit menggerakkan kaki untuk berjalan adalah tanda-tanda dari parkinson. Pada tahap awal, kaki akan terasa berat untuk dipakai berjalan atau bahkan berdiri.
Gejala ini mungkin terjadi tanpa disadari. Pengidap parkinson cenderung berjalan dengan menyeret kaki, bukan melangkah.
3. Sulit mencium bau
Penurunan fungsi indra penciuman adalah salah satu gejala paling umum dari penyakit parkinson. Disfungsi penciuman terjadi pada hampir 90 persen pengidap parkinson di seluruh dunia. Kondisi ini disebut dengan hiposmia, dengan ciri-ciri meliputi:
- Sulit mendeteksi bau
- Sulit mengidentifikasi bau
- Sulit membedakan bau.
Meski begitu, hiposmia tidak selalu mengindikasikan adanya parkinson. Indra penciuman manusia bisa terganggu karena banyak faktor, seperti usia, paparan zat kimia yang kuat, dan aktivitas merokok.
Hiposmia juga menjadi salah satu gejala dari kondisi medis lainnya, misalnya alzheimer.
4. Sulit untuk menulis
Gejala dari penyakit parkinson lainnya adalah sulit untuk menulis. Kondisi ini bisa disebabkan oleh tremor, atau rangsangan yang tidak optimal dari saraf.
Meski begitu, dalam beberapa kasus, pengidap parkinson masih bisa menulis, tapi dengan huruf yang terlalu kecil. Kondisi ini disebut dengan mikrografia.
5. Gangguan tidur
Beberapa gangguan tidur yang bisa terjadi meliputi insomnia, mimpi buruk, sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur), dan gerakan tidak terkontrol saat tidur yang cenderung sporadis.
Narkolepsi juga bisa saja terjadi, yaitu kondisi yang mana rasa kantuk luar biasa muncul di siang hari.
Baca juga: 7 Penyebab Batuk di Malam Hari yang Perlu Kamu Tahu
6. Gangguan keseimbangan
Ada satu saraf di otak bernama basal ganglia yang berfungsi sebagai pengontrol gerakan, keseimbangan, dan fleksibilitas tubuh. Saat parkinson menyerang, saraf ini tidak bekerja dengan optimal, bahkan pada beberapa kasus terjadi kerusakan.
Akibatnya, tubuh akan sulit diseimbangkan. Kondisi ini sangat berkaitan dengan aktivitas yang membutuhkan keseimbangan seperti berjalan. Gangguan ini bisa menyebabkan pengidap parkinson terjatuh saat berdiri.
7. Perubahan suara
Perubahan suara bisa ditandai dengan nada bicara yang lebih lembut. Dalam beberapa kasus, pengidap parkinson bahkan tidak mampu mengeluarkan suara saat berbicara. Perubahan suara sebagai tanda-tanda parkinson juga bisa berupa intonasi dan variasi volume yang monoton.
8. Masalah psikologis
Seorang pengidap parkinson sangat rentan terhadap berbagai gangguan psikologis. Ini disebabkan oleh menurunnya hormon dopamin pada otak.
Gangguan psikologis bisa berupa mood swing, gelisah berlebihan, rasa cemas, depresi, kebingungan, sulit untuk membuat rencana, penurunan kemampuan dalam membuat solusi, dan demensia.
9. Perubahan postur tubuh
Salah satu gejala parkinson yang bisa diamati secara visual adalah perubahan pada postur tubuh. Tubuh pengidap parkinson lebih sering ditemukan membungkuk, terutama saat berdiri atau berjalan.
Pada orang sehat, badan akan dalam posisi tegak saat berdiri dengan tumpuan beban di kaki. Tapi pada pengidap parkinson, keseimbangannya terganggu, sehingga berat badan akan ditopang secara merata dengan cara membungkuk.
10. Gerakan tubuh melambat
Saat parkinson terjadi, saraf di otak yang berfungsi sebagai pengontrol gerakan tubuh menjadi terganggu. Akibatnya, gerakan tubuh akan semakin melambat.
Kondisi ini disebut dengan bradikinesia. Seseorang dengan bradikinesia akan sulit mengerjakan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan kaki dan otot.
Stadium penyakit parkinson
Parkinson adalah penyakit progresif. Artinya, gejala yang muncul tak akan nampak sekaligus, namun berangsur dari ringan sampai berat. Gejala-gejala tersebut akan semakin memburuk dari waktu ke waktu. Beberapa tahapan yang umum dialami pasien parkinson adalah:
Stadium 1
Memasuki stadium pertama, gejala parkinson mungkin sangat ringan. Bahkan, tak sedikit tanda-tanda yang tidak terlihat. Gejala pada stadium pertama belum sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika ada gejala, tanda-tandanya pun hanya dapat dirasakan di satu sisi tubuh.
Stadium 2
Stadium ini merupakan tahapan lanjutan dari stadium pertama. Biasanya, gejala pada stadium ini baru bisa dirasakan berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah stadium satu. Tanda-tandanya pun muncul secara bertahap, sehingga seringkali seseorang tak sadar jika ia sedang terkena parkinson.
Gejala pada stadium dua penyakit parkinson meliputi:
- Tremor
- Kaku otot secara tiba-tiba dengan durasi yang cukup sering
- Perubahan ekspresi wajah
- Perubahan postur dan gaya berjalan.
Stadium 3
Stadium ini adalah fase pertama dari tanda-tanda puncak penyakit parkinson itu sendiri. Biasanya, gejala pada stadium sebelumnya tetap ada, tapi terjadi lebih intens dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Saat memasuki tahapan ini, tubuh akan terasa lebih lambat dalam mengerjakan sesuatu, keseimbangan tubuh mulai goyah, dan akan lebih sering terjatuh.
Stadium 4
Saat memasuki stadium ini, pengidap parkinson seharusnya sudah mendapat penanganan medis. Sebab, pada titik ini, seseorang akan sulit berdiri dan berjalan tanpa menggunakan alat bantu. Aktivitas sehari-hari sudah terasa tidak nyaman, bahkan mungkin bisa membahayakan diri.
Stadium empat merupakan tahapan berat yang ditandai dengan semakin melambatnya gerakan tubuh secara signifikan. Reaksi terhadap sesuatu juga tidak secepat pada stadium-stadium sebelumnya.
Stadium 5
Ini adalah tahapan puncak atau kondisi paling berat dari penyakit parkinson. Seseorang yang sudah memasuki stadium ini memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan sesuatu selama 24 jam penuh.
Kondisi ini diperparah dengan tubuh yang semakin tidak seimbang, kebingungan akut, serta munculnya delusi dan halusinasi.
Penanganan penyakit parkinson
Ada dua metode yang dapat dilakukan sebagai penanganan parkinson, yaitu menggunakan obat-obatan oral dan prosedur bedah. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.
1. Menggunakan obat-obatan
Obat-obatan penyakit parkinson sendiri sangat beragam, disesuaikan dengan gejala yang dirasakan pasien. Beberapa obat-obatan tersebut meliputi:
- Levodopa, berfungsi untuk menggantikan hormon dopamin yang bertugas memberikan rangsangan (gerak) ke seluruh tubuh. Lebih dari 75 persen perawatan menggunakan levodopa menunjukkan hasil yang efektif.
- Karbidopa, berfungsi untuk membantu penyerapan levodopa pada otak, sehingga efek yang ditimbulkan akan lebih maksimal.
- Agnosis dopamin, memiliki fungsi sama seperti levodopa, namun dengan dosis yang lebih ringan. Biasanya, digunakan untuk membantu levodopa jika kinerjanya tidak maksimal.
- Antikolinergik, berfungsi memblokir sistem saraf parasimpatis yang bisa memicu terjadinya kaku otot.
- Catechol O-methyltransferase (COMT) Inhibitor, berfungsi memperpanjang efek dari levodopa. Penggunaan obat ini harus sesuai anjuran dokter, karena memiliki efek samping cukup serius, seperti kerusakan hati.
- Monoamine oxidase B (MAO-B) Inhibitor, berfungsi menghambat monoamin oksidase B, enzim yang bisa memecah dopamin di otak. Konsultasikan penggunaan obat ini, karena dapat berinteraksi dengan obat lain seperti antidepresan.
2. Prosedur bedah
Penanganan penyakit parkinson juga bisa dengan prosedur bedah. Cara ini dilakukan saat tubuh tidak bisa merespons berbagai obat-obatan yang diberikan. Ada dua jenis prosedur bedah untuk parkinson, yaitu:
- Stimulasi otak dalam (DBS), yaitu menambahkan elektroda pada bagian tertentu di otak. Ini dilakukan untuk mengurangi gejala parkinson.
- Terapi pompa, yaitu menempatkan pompa di area sekitar usus kecil, berisi kombinasi levodopa dan karbidopa.
Baca juga: Operasi Batu Empedu: Ketahui Persiapan dan Prosedurnya
Pencegahan penyakit parkinson
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang bisa memberikan kepastian tentang pencegahan penyakit parkinson. Hanya saja, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan faktor pemicunya, di antaranya:
- Perbanyak konsumsi kunyit. Kandungan kurkumin pada kunyit bisa berfungsi sebagai antioksidan untuk tubuh. Kurkumin juga dapat mencegah terjadinya penggumpalan zat-zat tertentu yang bisa memicu parkinson.
- Konsumsi buah. Beberapa buah seperti beri, apel, dan anggur mengandung flavonoid, senyawa yang bisa berfungsi sebagai antioksidan untuk tubuh.
- Hindari makanan berminyak. Sejumlah penelitian memaparkan bahwa reaksi kimia pada minyak goreng yang dipanaskan bisa memicu perkembangan sel-sel jahat di dalam tubuh.
- Jauhi pestisida. Pestisida adalah racun serangga yang juga bisa berdampak serius bagi manusia. Saat racun tidak sengaja terhirup atau masuk ke dalam tubuh, otak adalah salah satu organ pertama yang akan diserang.
Nah, itulah ulasan lengkap tentang penyakit parkinson yang perlu kamu tahu. Yuk, tetap terapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit yang menyerang sistem saraf otak ini!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!