Share This Article
Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dua kondisi gangguan pencernaan, yakni kolitis ulseratif dan penyakit crohn.
Kedua penyakit ini mempengaruhi kinerja usus besar, seluruh sistem pencernaan, bahkan hingga organ lain seperti mulut dan mata.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang radang usus dan jenis-jenisnya, langsung saja simak ulasan di bawah ini!
Apa itu penyakit radang usus
Penyakit radang usus adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan yang melibatkan peradangan kronis pada saluran pencernaan.
Ada dua jenis penyakit radang usus yang utama dan umum terjadi:
- Kolitis ulseratif. Kondisi ini menyebabkan peradangan dan luka (borok) jangka panjang di lapisan terdalam usus besar dan dubur.
- Penyakit crohn. Jenis IBD ini ditandai dengan gejala peradangan pada lapisan saluran pencernaan, yang sering menyebar jauh ke dalam jaringan yang terkena.
Jika kolitis ulseratif hanya memengaruhi usus besar, berbeda dengan penyakit crohn yang bisa memengaruhi bagian manapun dari sistem pencernaan, dari mulut sampai anus.
Semua orang dari segala usia bisa mengalami penyakit ini, tetapi biasanya didiagnosis antara usia 15 hingga 40 tahun.
Penyebab penyakit radang usus
Penyebab pasti penyakit radang usus masih belum diketahui. Namun, faktor genetik dan sistem kekebalan tubuh dipercaya punya kaitan dengan penyakit in.
Genetik
Kamu mungkin lebih berisiko terkena radang usus apabila punya saudara kandung atau orang tua yang juga memiliki riwayat penyakit ini.
Inilah sebabnya para ilmuwan percaya IBD mungkin juga dipengaruhi komponen genetik.
Sistem kekebalan tubuh
Biasanya, sistem kekebalan melindungi tubuh dari patogen (organisme yang menyebabkan penyakit dan infeksi). Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan dapat memicu respons imun.
Ketika tubuh mencoba melawan patogen yang masuk, saluran pencernaan menjadi meradang. Ketika infeksi hilang, peradangan hilang. Itu merupakan respons yang sehat.
Pada orang dengan IBD, peradangan tetap terjadi meski tidak ada infeksi. Sebaliknya, sistem kekebalan menyerang sel-sel tubuh sendiri. Ini dikenal sebagai respons autoimun.
IBD juga dapat terjadi ketika peradangan tidak hilang setelah infeksi sembuh. Peradangan dapat berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Faktor risiko penyakit radang usus
Ada 2 jenis penyakit radang usus dengan faktor risiko yang berbeda-beda.
Faktor risiko kolitis ulseratif
- Usia. Sebagian besar orang yang terdiagnosis IBD berusia antara 15-30 tahun atau setelah menginjak usia 60 tahun.
- Etnis: Orang-orang keturunan Yahudi Ashkenazi tampaknya memiliki risiko tinggi kolitis ulseratif daripada kelompok etnis lain. Meskipun kulit putih memiliki risiko penyakit tertinggi, penyakit ini dapat terjadi pada ras apa pun.
- Genetik. Orang dengan kerabat dekat yang menderita kolitis ulseratif memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya juga.
Faktor risiko penyakit crohn
Para profesional kesehatan tidak sepenuhnya memahami apa yang menyebabkan penyakit Crohn.
Namun, mereka telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit ini, di antaranya:
- Genetik. Orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan penyakit crohn lebih cenderung berpotensi mengalaminya sendiri.
- Konsumsi obat tertentu. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), obat pengendalian kelahiran, dan antibiotik, dapat meningkatkan risiko penyakit crohn.
- Merokok. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko crohn dua kali lipat.
- Pola diet. Diet yang mengandung kadar lemak tinggi juga dapat meningkatkan risiko penyakit crohn.
Gejala penyakit radang usus
Gejala-gejala IBD dapat bervariasi sesuai dengan jenis, lokasi, dan keparahan. Dilansir dari CDC, berikut gejala umum penyakit radang usus:
- Adanya darah pada feses
- Diare berkepanjangan
- Kelelahan ekstrem
- Penurunan berat badan
Orang dengan penyakit crohn mungkin juga menderita sariawan di mulut. Terkadang muncul juga luka atau bentol di sekitar area genital atau anus.
Selain itu, IBD juga bisa menimbulkan gejala gangguan di luar sistem pencernaan, seperti:
- Radang mata
- Gangguan kulit
- Radang sendi
- Demam
- Hilangnya nafsu makan
Gejala-gejala IBD bisa datang dan pergi. Mungkin ada kalanya gejalanya parah (flare-up), diikuti oleh periode yang lama ketika ada sedikit atau tidak ada gejala sama sekali (remisi).
Komplikasi penyakit radang usus
Ahli dan peneliti kesehatan telah mengaitkan sejumlah komplikasi dengan penyakit radang usus ini. Beberapa di antaranya bahkan bisa mengancam jiwa.
Kolitis ulseratif dan penyakit crohn memiliki beberapa komplikasi yang sama dan ada juga yang berbeda.
Komplikasi umum penyakit radang usus
Komplikasi yang ditemukan di kedua kondisi dapat meliputi:
- Kanker usus besar. Memiliki IBD meningkatkan risiko kanker usus besar. Maka kamu disarankan melakukan skrining kanker usus besar dan menjalani kolonoskopi setiap 10 tahun sekali dimulai pada usia 50 tahun.
- Peradangan kulit, mata dan sendi. Gangguan tertentu, termasuk radang sendi, lesi kulit, dan radang mata (uveitis), dapat terjadi selama IBD flare-up.
- Efek samping obat. Obat-obatan tertentu untuk IBD dikaitkan dengan risiko kecil terkena kanker tertentu. Kortikosteroid dapat dikaitkan dengan risiko osteoporosis, tekanan darah tinggi, dan kondisi lainnya.
- Kolangitis sklerosing primer. Dalam kondisi ini, peradangan menyebabkan bekas luka di dalam saluran empedu, akhirnya membuatnya sempit dan secara bertahap menyebabkan kerusakan hati.
- Gumpalan darah. IBD meningkatkan risiko pembekuan darah di pembuluh darah dan arteri.
Komplikasi kolitis ulseratif dapat meliputi:
- Toxic megacolon. Kolitis ulseratif dapat menyebabkan usus besar melebar dan membengkak, suatu kondisi serius yang dikenal sebagai megakolon toksik.
- Munculnya lubang di usus besar (perforasi usus besar). Kolon yang berlubang paling sering disebabkan oleh megakolon toksik, tetapi juga dapat terjadi dengan sendirinya.
- Dehidrasi parah. Diare yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi.
Komplikasi penyakit crohn
- Sumbatan usus. Crohn memengaruhi ketebalan dinding usus. Seiring waktu, bagian-bagian usus dapat menebal dan menyempit, yang dapat menghalangi aliran isi pencernaan.
- Malnutrisi. Diare, sakit perut, dan kram dapat membuat kamu sulit makan begitu pula usus jadi kesulitan untuk menyerap nutrisi untuk tubuh. Anemia karena rendahnya zat besi serta kurangnya asupan vitamin B12 juga bisa terjadi karena IBD.
- Ulcers. Peradangan kronis dapat menyebabkan luka terbuka (borok/ulcers) di mana saja di saluran pencernaan. Termasuk mulut dan anus, dan di area genital (perineum).
- Fistula. Kadang ulcers dapat meluas melalui dinding usus dan menciptakan fistula, yakni koneksi abnormal antar bagian tubuh yang berbeda. Umumnya fistula muncul di dekat atau sekitar daerah anus. Dalam beberapa kasus, fistula dapat terinfeksi dan membentuk abses.
- Celah anal. Ini adalah robekan kecil pada jaringan yang melapisi anus atau di kulit sekitar anus tempat infeksi dapat terjadi. Ini sering dikaitkan dengan buang air besar yang menyakitkan dan dapat menyebabkan fistula perianal.
Kapan harus ke dokter?
Segera konsultasi dengan dokter apabila kamu mengalami perubahan terus-menerus dalam kebiasaan buang air besar. Atau jika kamu memiliki tanda dan gejala penyakit radang usus.
Meskipun penyakit radang usus biasanya tidak fatal, itu adalah penyakit serius yang, dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Bagaimana penyakit radang usus didiagnosis?
Saat kamu mengunjungi rumah sakit, ada beberapa metode yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis apakah kamu menderita penyakit radang usus.
Berikut beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosis radang usus:
- Uji sampel feses
- Tes darah, untuk memeriksa anemia atau infeksi
- Sinar-X, ini dilakukan jika dokter mencurigai adanya komplikasi serius
- CT atau MRI scan, untuk mendeteksi fistula di daerah usus halus atau anal
Dokter juga bisa melakukan prosedur endoskopi, yakni memasukkan probe fleksibel dengan kamera yang terpasang melalui anus.
Prosedur endoskopi untuk deteksi IBD
Prosedur ini membantu mengungkap adanya kerusakan usus dan memungkinkan dokter untuk mengambil sampel kecil jaringan untuk diperiksa.
Berikut beberapa jenis prosedur endoskopi yang dapat digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis IBD:
- Kolonoskopi. Dokter menggunakan ini untuk memeriksa seluruh usus besar
- Sigmoidoskopi fleksibel. Pemeriksaan ini membantu dokter memeriksa bagian akhir usus besar
- Endoskopi bagian atas. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk memeriksa kerongkongan, lambung, dan bagian awal dari usus kecil
- Endoskopi kapsul. Prosedur ini mengharuskan kamu menelan kapsul yang berisi kamera, sehingga memungkinkan dokter untuk memeriksa usus kecil
Pengobatan penyakit radang usus
Saat ini tidak ada obat untuk IBD. Tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi gejala, mencapai dan mempertahankan remisi, dan mencegah komplikasi.
Perawatan yang paling umum untuk IBD adalah obat-obatan dan pembedahan. Berikut ulasannya satu per satu.
1. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kolitis ulseratif atau penyakit crohn meliputi:
- Aminosalicylates atau mesalazines, yang dapat mengurangi peradangan di usus
- Imunosupresan, seperti steroid atau azathioprine untuk mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh
- Obat-obatan biologis dan biosimilar, yakni perawatan berbasis antibodi yang diberikan dengan cara disuntikkan yang menargetkan bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh
- Antibiotik
2. Perubahan gaya hidup
Faktor diet dan gaya hidup tertentu dapat memperburuk gejala IBD.
Namun, membuat perubahan positif pada kebiasaan dan gaya hidup sehat dapat membantu kamu mengelola gejalanya dan mengurangi peradangan.
3. Diet
Beberapa upaya diet yang mungkin bermanfaat bagi orang dengan IBD meliputi:
- Membuat buku catatan harian makanan untuk melacak apakah gejala tertentu terjadi atau tidak setelah makan makanan tertentu
- Membatasi asupan produk susu
- Membatasi asupan makanan tinggi lemak
- Menghindari atau membatasi asupan makanan pedas, kafein, dan alkohol
- Membatasi asupan makanan berserat tinggi, terutama jika usus telah menyempit
- Sering makan makanan kecil, daripada makan besar
- Minum banyak air
- Konsumsi suplemen vitamin dan mineral, untuk mencegah kekurangan nutrisi
4. Berhenti merokok
Penelitian terbaru menunjukkan hubungan antara merokok dan penyakit crohn. Merokok adalah faktor risiko untuk mengembangkan kondisi ini dan dapat membuat gejala lebih buruk.
Maka kamu disarankan untuk tidak merokok dan menghentikan penggunaan produk tembakau lainnya seperti cerutu.
5. Operasi
Prosedur operasi atau pembedahan terkadang diperlukan untuk mengatasi masalah IBD. Beberapa operasi IBD meliputi:
- Strictureplasty, untuk melebarkan usus yang menyempit
- Penutupan atau penghapusan fistula
- Pengangkatan bagian usus yang terkena, untuk orang dengan penyakit crohn
- Pengangkatan seluruh kolon dan rektum, untuk kasus kolitis ulseratif yang parah
Kolonoskopi rutin digunakan untuk memantau kanker usus besar, karena mereka yang memiliki IBD berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya.
Tips mencegah terkena penyakit radang usus
Penyebab turun temurun dari IBD tidak dapat dicegah. Namun, kamu mungkin dapat mengurangi risiko mengembangkan IBD atau mencegah kambuh dengan cara:
- Makan makanan sehat
- Berolahraga secara teratur
- Berhenti merokok
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!