Share This Article
Penyakit rubella perlu diperhatikan karena pengidapnya seringkali terlambat mengetahui diagnosisnya. Terutama pada ibu hamil.
Padahal penyakit rubella jika kali pertama dialami oleh ibu hamil berisiko bisa memengarui proses tumbuh kembang janin, lho.
Oleh sebab itu , Moms perlu mempelajari lebih lanjut tentang penyakit rubella, termasuk cara pencegahannya. Simak informasi lengkapnya berikut ini, ya!
Apa itu penyakit rubella?
Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sering disebut sebagai campak Jerman tetapi disebabkan oleh virus yang berbeda dari campak.
Kemunculannya ditandai dengan demam ringan yang disertai ruam-ruam merah pada kulit. Rubella rentan menyerang anak-anak juga orang dewasa.
Pada wanita hamil terutama di trimester pertama, rubella dapat menyebabkan efek yang fatal. Mulai dari keguguran, kematian janin, lahir mati, atau bayi dengan cacat bawaan, yang dikenal sebagai congenital rubella syndrome (CRS).
Penyebab penyakit rubella
Rubella disebabkan oleh virus yang ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Penyebaran virus terjadi ketika orang yang terinfeksi mengalami batuk atau bersin.
Selain itu, virus ini juga dapat menyebar bila kamu mengalami kontak langsung dengan sekresi pernapasan atau lendir penderitanya. Tidak hanya sampai di situ, diketahui juga kalau wanita hamil dapat menurunkan penyakit ini ke anak-anak mereka yang belum lahir melalui aliran darah.
Penyakit yang satu ini terhitung jarang ditemukan baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar anak menerima vaksinasi sejak dini.
Meski begitu, di beberapa bagian negara lain virus masih aktif. Untuk itu selalu waspada saat kamu bepergian ke luar negeri, ya.
Baca juga : Gondongan, Penyakit Menular yang Bisa Menyerang Siapa Saja
Gejala penyakit rubella
Seperti halnya dengan banyak penyakit virus, orang dewasa lebih sering mengalami serta menunjukkan gejala yang lebih parah daripada anak-anak. Sehingga pada anak-anak gejala rubella lebih sulit dideteksi.
Setelah terpapar virus, gejala penyakit ini umumnya muncul pada dua atau tiga minggu kemudian. Namun gejala umum yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
- Demam ringan
- Sakit kepala
- Hidung tersumbat atau berair
- Mata merah
- Membesarnya kelenjar getah bening di pangkal tengkorak, belakang leher dan di belakang telinga
- Ruam-ruam halus berwarna merah (biasanya muncul dimulai dari wajah, tubuh, kemudian lengan dan kaki)
- Nyeri sendi, terutama pada wanita muda
Meskipun gejala-gejala di atas mungkin tidak tampak sebagai sesuatu yang sangat serius, segeralah hubungi dokter jika kamu merasa terpapar virus rubella atau mengalami gejala seperti yang telah disebutkan.
Diagnosis penyakit rubella
Ruam kemerahan pada kulit sebenarnya bisa terjadi akibat berbagai virus dan bukan hanya rubella. Jadi untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan tes laboratorium.
Umumnya dokter akan melakukan tes darah pada pasien untuk dapat mendeteksi keberadaan berbagai jenis antibodi rubella dalam darah.
Antibodi dalam darah dapat menunjukkan apakah seseorang mengalami infeksi baru atau sebelumnya atau vaksin rubella.
Baca juga: Rubeola dan Rubella Keduanya Sama-Sama Campak, Tapi Ini Bedanya
Pengobatan penyakit rubella
Faktanya, sampai saat ini belum ada pengobatan yang akan mempersingkat lamanya penyakit ini terjadi dalam tubuh. Kamu hanya perlu menunggu sampai virus hilang dengan sendirinya.
Bila rasa demam atau sakit menyerang, biasanya dokter akan memberikan analgesik yang dapat mengendalikan demam dan sakit kepala.
Meski begitu dokter biasanya akan meminta penderita penyakit rubella untuk melakukan isolasi dari orang lain selama masa infeksi berlangsung. Penderita rubella juga harus dipisahkan dari wanita hamil.
Bila penderita penyakit ini adalah wanita hamil, mereka harus berdiskusi dengan dokter terkait risiko pada bayinya nanti.
Wanita yang memutuskan melanjutkan kehamilannya akan diberi antibodi oleh dokter. Antibodi ini disebut hyperimmune globulin yang dapat melawan infeksi terhadap virus rubella.
Namun perlu diingat bahwa hyperimmune globulin yang diberikan tidak akan menghilangkan kemungkinan bayi terkena sindrom rubella bawaan atau CRS.
Penularan penyakit rubella
Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung atau dengan sekresi pernapasan (droplets).
Itulah mengapa penyebaran sangat mudah terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Virus rubella awalnya akan berkembang biak dalam sel-sel sistem pernapasan, meluas ke kelenjar getah bening, lalu menyebar ke organ-organ tubuh lain.
Sedangkan congenital rubella syndrome (CRS) ditularkan secara transplasenta atau dari ibu hamil kepada bayi dalam kandungannya.
Bila kamu terinfeksi rubella, kamu harus memberi tahu teman, keluarga, dan orang yang bekerja sama denganmu, ya. Hal ini penting supaya mereka dapat terhindar dari penularan yang mungkin terjadi.
Risiko komplikasi penyakit rubella
Berdasarkan data yang dimiliki Centers for Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya sekitar 70 persen wanita yang menderita rubella juga mengalami artritis atau peradangan sendi.
Termasuk di antaranya sendi pada jari, pergelangan tangan dan lutut yang umumnya berlangsung sekitar satu bulan. Namun pada pria dan anak-anak kondisi tersebut sangat jarang terjadi.
Kemudian dalam beberapa kasus tertentu, rubella ditemukan dapat menyebabkan masalah serius seperti infeksi telinga, radang otak atau gangguan perdarahan.
Risiko komplikasi rubella sebenarnya lebih besar pada anak yang lahir dari ibu penderita rubella. Setidaknya 80 persen bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada 12 minggu pertama kehamilan mengalami kondisi Congenital rubella syndrome (CRS):
- Keterlambatan pertumbuhan
- Katarak
- Tuli
- Cacat jantung bawaan
- Cacat pada organ lain
- Kecacatan intelektual
- Kerusakan hati atau limpa
Risiko tertinggi bagi janin dalam kandungan adalah selama trimester pertama, tetapi paparan di kemudian hari juga berbahaya.
Meski begitu, bagi orang dewasa rubella termasuk dalam kategori infeksi yang ringan. Setelah menderita penyakit ini, biasanya seseorang dapat menjadi kebal secara permanen.
Rubella dan kesehatan kehamilan
Rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil serta bayi dalam kandungannya. Seluruh wanita hamil yang belum melakukan vaksinasi, sangat berisiko terkena penyakit ini dan menularkan bayi dalam kandungannya.
Infeksi virus rubella dapat menyebabkan gangguan paling parah ketika wanita hamil terinfeksi pada trimester awal kehamilan.
Congenital rubella syndrome (CRS)
Congenital rubella syndrome merupakan suatu kondisi yang terjadi pada bayi yang sedang berkembang di dalam rahim yang ibunya terinfeksi virus rubella.
Kondisi CRS dapat memicu berbagai gangguan kesehatan pada bayi saat lahir. Mulai dari gangguan pendengaran, cacat mata dan jantung dan cacat seumur hidup, autisme, dan berbagai gangguan lainnya.
Anak yang lahir dengan kondisi tersebut tentunya perlu menjalani perawatan khusus, seperti melakukan terapi atau operasi.
Kondisi cacat lahir yang paling umum terjadi akibat CRS meliputi:
- Tuli
- Katarak
- Cacat jantung
- Kecacatan intelektual
- Kerusakan hati dan limpa
- Berat badan lahir rendah
- Ruam kulit saat lahir
Di samping itu, gangguan kesehatan lainnya yang dapat muncul pada bayi dengan CRS adalah:
- Glaukoma
- Kerusakan otak
- Masalah tiroid dan hormon lainnya
- Peradangan paru-paru
Untuk itu, penting bagi wanita hamil agar selalu menjaga kekebalan tubuhnya dengan melakukan vaksin.
Vaksin rubella dan kehamilan
Wanita yang berencana menjalani kehamilan harus memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan mereka telah mendapatkan vaksin sebelum hamil. Vaksin untuk penyakit rubella disebut sebagai vaksin MMR.
Sedangkan pada wanita hamil yang belum mendapatkan vaksin, mereka perlu menunggu sampai setelah melahirkan untuk mendapatkan vaksin MMR. Perlu diingat bahwa wanita yang sedang hamil tidak boleh melakukan vaksin MMR.
Pencegahan penyakit rubella
Penyakit rubella dapat kamu cegah dengan melakukan vaksin. Biasanya vaksin rubella dikombinasikan dengan vaksin penyakit lain yang dikenal sebagai vaksin MMR atau Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella.
Vaksin MMR sebaiknya dilakukan saat anak berusia antara 12 dan 15 bulan. Kemudian dilakukan kembali saat anak menginjak usia 4 hingga 6 tahun atau sebelum masuk sekolah.
Pada wanita yang telah menerima vaksin sebelum kehamilan, bayi yang dilahirkan akan memiliki kondisi lebih kebal pada rubella. Bahkan kekebalan tersebut bisa bertahan selama enam hingga delapan bulan setelah hari kelahiran.
Vaksin MMR juga dapat dilakukan saat usia bayi belum menginjak 12 bulan untuk kebutuhan tertentu. Misalnya kebutuhan bepergian ke luar negeri. Namun setelah menerima vaksin lebih dini, vaksin harus tetap dilakukan kembali pada usia yang direkomendasikan.
Di samping wanita yang ingin menjalani kehamilan, vaksin juga perlu dilakukan bila kamu termasuk dalam kelompok:
- Orang yang bekerja di rumah sakit, fasilitas medis, pusat penitipan anak atau sekolah
- Orang yang akan bepergian ke luar negeri atau naik kapal pesiar
- Orang yang menggunakan fasilitas pendidikan umum
- Wanita usia subur dan tidak hamil
Bila kamu memiliki kanker, kelainan darah atau penyakit lain yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, konsultasikan pada dokter terlebih dahulu ya sebelum memutuskan melakukan vaksin MMR.
Itu dia berbagai informasi seputar penyakit rubella yang perlu kamu ketahui. Yuk pastikan bahwa kamu sudah mendapat vaksin dan selalu jaga kesehatan, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!