Share This Article
Rasa mual mungkin sudah menjadi tanda umum pada masa kehamilan. Tapi tahukah kamu bahwa mual yang berlebihan bisa mengindikasikan adanya preeklampsia?
Ya, ini merupakan salah satu gangguan kehamilan yang bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Ketahui apa saja gejala dan penyebab preeklampsia lewat ulasan berikut ini!
Definisi preeklampsia
Preeklampsia adalah suatu gangguan pada kehamilan yang ditandai dengan beberapa gejala, utamanya tekanan darah tinggi. Gangguan kehamilan ini biasanya muncul setelah kandungan berusia 20 minggu (trimester kedua).
Preeklampsia perlu mendapat penanganan serius karena berhubungan dengan keselamatan janin dalam rahim. Penanganan yang terlambat bisa menimbulkan berbagai komplikasi seperti keguguran, kelahiran prematur, dan kerusakan organ-organ vital pada tubuh.
Baca juga: 8 Manfaat Buah Tomat untuk Kesehatan yang Perlu Kamu Tahu
Mengapa preeklampsia bisa terjadi?
Meski penyebab pasti dari preeklampsia belum diketahui, para pakar kehamilan di Amerika Serikat meyakini bahwa ada sejumlah faktor yang dapat memicu gangguan ini.
Dua faktor yang paling dicurigai yakni gangguan pada pembuluh darah dan plasenta.
Saat preeklampsia terjadi, pembuluh darah dan plasenta tidak berfungsi dengan optimal. Akibatnya, sirkulasi darah dan oksigen yang seharusnya didapatkan janin berkurang.
Para pakar tersebut menyimpulkan, preeklampsia bisa terjadi jika:
- Aliran darah menuju uterus tidak mencukupi
- Adanya kerusakan pembuluh darah (yang kemudian memengaruhi plasenta)
- Sistem kekebalan tubuh tidak baik
- Faktor genetik (sebagian kecil dari banyak kasus yang ditemukan)
Gejala preeklampsia
Menurut American Pregnancy Associaton, ada dua kategori gejala dari preeklampsia, yaitu gejala ringan dan gejala berat.
Gejala ringan meliputi tekanan darah tinggi, retensi air (kelebihan cairan pada darah), dan adanya protein pada urine. Adanya protein pada urine sendiri menandakan bahwa organ ginjal sedang tidak bekerja dengan baik.
Sedangkan untuk gejala berat, bisa berupa:
- Sakit kepala yang tidak biasa
- Rasa tidak nyaman pada tubuh
- Penglihatan menjadi buram
- Sesak napas
- Rasa sakit atau nyeri di tulang rusuk sisi kanan
- Berat badan yang melonjak tajam (dipicu oleh retensi cairan)
- Penurunan urine
- Mual dan muntah (sering diabaikan karena kondisi ini umum terjadi pada ibu hamil)
Faktor pemicu preeklampsia
Beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya preeklampsia pada ibu hamil yaitu:
- Kehamilan anak pertama. Peluang terjadinya preeklampsia pada kehamilan pertama relatif lebih tinggi, karena tubuh belum pernah merasakan persalinan
- Jeda kehamilan terlalu lama. Kehamilan kedua dengan jarak lebih dari lima tahun setelah kemilan pertama bisa meningkatkan risiko preeklampsia, karena tubuh sudah lama ‘beristirahat’ dari proses kehamilan itu sendiri
- Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki saudara perempuan atau orang tua dengan riwayat preeklampsia berisiko mengalami gangguan yang sama
- Hamil pada usia 30 tahun ke atas. Kehamilan yang terjadi setelah seseorang menginjak usia 30 tahun berpotensi menimbulkan preeklampsia, dipicu oleh fungsi dan kinerja sejumlah bagian tubuh (darah dan rahim) yang menurun
- Obesitas. Obesitas menjadi pemicu terjadinya berbagai penyakit, termasuk preeklampsia
- Hamil kembar. Seorang wanita yang memiliki kehamilan ganda atau kembar berpeluang mengalami preeklampsia, karena tekanan darah di dalam tubuh terdampak dari janin yang membutuhkan asupan lebih banyak
- Menderita penyakit tertentu. Wanita dengan riwayat penyakit yang berhubungan dengan sirkulasi darah seperti hipertensi, diabetes, dan migrain, memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia
- Riwayat pribadi. Wanita yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan pertama memiliki risiko yang sama saat kehamilan berikutnya
Kompikasi penyakit akibat preeklampsia
Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang dipicu oleh tekanan darah tinggi yang bisa berakhir pada munculnya penyakit lain.
Semakin parah preeklampsia, semakin tinggi pula peluang seseorang mendapat masalah pada kehamilan, seperti:
1. Kelainan plasenta
Saat kamu mengalami preeklampsia, penanganan dokter adalah satu-satunya jalan yang bisa ditempuh. Jika tidak, kamu bisa meningkatkan risiko solusio plasenta, suatu kondisi yang mana plasenta terpisah atau terlepas dari dinding rahim bagian dalam.
Gangguan ini bisa mengancam keselamatan bayi, karena plasenta merupakan ‘saluran penyambung’ nutrisi dari tubuhmu ke tubuh janin. Jika dibiarkan, masalah ini bisa berujung pada perdarahan hebat, bahkan keguguran.
2. Terhambatnya pertumbuhan janin
Masalah yang satu ini disebabkan oleh faktor yang sama seperti poin sebelumnya, yaitu plasenta. Saat kamu tidak mendapat penanganan yang tepat, plasenta akan kekurangan darah.
Ini karena sirkulasi darah terhambat karena adanya gangguan pada arteri.
Jika plasenta kurang mendapatkan darah, itu artinya janin juga tidak menerima nutrisi dan oksigen yang maksimal. Akibatnya, pertumbuhan sejumlah organ bayi menjadi terganggu. Fenomena ini sering dijumpai pada bayi yang lahir dengan berat badan di bawah rata-rata.
Baca juga: Jangan Keliru, Kenali Ciri-ciri Kanker Payudara Berdasarkan Stadiumnya
3. Persalinan prematur
Selain menghambat pertumbuhan organ janin, preeklampsia juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Lagi-lagi, plasenta yang tidak mendapat asupan nutrisi, darah, dan oksigen yang cukup menjadi alasan utamanya.
Sebagian orang tak ambil pusing dengan kelahiran prematur. Padahal, ada risiko yang bisa terjadi pada bayi dalam kondisi ini.
Saat bayi dilahirkan lebih awal dari waktu yang seharusnya, sistem pernapasannya belum terbentuk secara sempurna. Perawatan intensif pun mungkin akan sangat diperlukan.
4. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP adalah singkatan dari hemolisis (kerusakan sel darah merah), elevated liver enzymes (peningkatan enzim hati), dan low platelet count (jumlah trombosit yang rendah). Sindrom ini merupakan bentuk lanjutan dari preeklampsia yang semakin parah.
Sindrom HELLP bisa membahayakan sang ibu dan janin. Gejalanya bisa berupa nyeri perut bagian kanan atas, sakit kepala di beberapa bagian, serta mual dan muntah.
Sindrom ini tidak boleh dianggap remeh, karena rasa sakit dari sejumlah sistem organ yang rusak bisa menjalar dengan cepat dan tiba-tiba. Dalam beberapa kasus, gejalanya bahkan tidak terdeteksi sama sekali.
5. Eklampsia
Eklampsia adalah preeklampsia yang tidak terkontrol. Saat kondisi ini terjadi, tubuh akan kejang-kejang tanpa sebab. Tanda-tandanya juga lebih sering muncul secara tiba-tiba. Tidak ada gejala atau deteksi dini untuk kondisi ini.
Kejang yang terjadi bisa berlangsung dalam beberapa tingkatan, mulai ringan sampai berat. Jika sudah memasuki tahap berat, tentu saja ini bisa membahayakan janin yang ada di dalam rahim. Dampak sangat fatal bisa terjadi jika tidak ada pertolongan medis.
6. Penyakit kardiovaskular
Preeklampsia pada wanita hamil bisa meningkatkan risiko gangguan pembuluh darah (kardiovaskular) dan penyakit jantung. Peluangnya semakin besar jika kamu sudah pernah mengalami preeklampsia di masa lalu atau pernah melahirkan prematur.
Untuk meminimalkan risiko ini, menjaga berat badan setelah proses persalinan pertama adalah langkah yang bisa dilakukan. Kamu juga bisa mengonsumsi berbagai sayuran dan buah kaya gizi, rajin olahraga, tidak malas untuk bergerak, serta menghindari rokok.
7. Kerusakan organ lainnya
Tidak hanya masalah pada saat kehamilan, komplikasi dari preeklampsia dapat terjadi setelah proses persalinan itu sendiri. Pembuluh darah yang bekerja tidak optimal bisa memperbesar peluang kerusakan organ-organ penting lain, seperti jantung dan paru-paru.
Akibatnya, berbagai penyakit sangat rentan untuk muncul, seperti cedera otak, penyakit jantung, dan stroke.
Kapan harus ke dokter?
Saat hamil, seseorang akan lebih sering merasakan sakit kepala, nyeri di sejumlah bagian badan, dan mual. Itu semua adalah tanda-tanda alami yang biasa dirasakan ibu hamil.
Tapi, jika kamu sudah merasakan pusing yang parah serta penglihatan yang kabur, tidak perlu ragu untuk menghubungi dokter.
Kasus preeklampsia yang sudah parah biasanya terjadi pada seseorang yang mengabaikan gejala-gejala itu, terutama pada kehamilan anak pertama.
Tahapan penanganan preeklampsia
Preeklampsia biasanya terdeteksi setelah memasuki minggu ke-20 pada kehamilan (trimester kedua) dengan adanya tekanan darah tinggi yang intens. Penanganannya sendiri hanya bisa dilakukan secara medis.
1. Pemeriksaan dini
Sebelum perawatan, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk membuat diagnosis, di antaranya:
- Pemeriksaan tekanan darah
- Pemeriksaan urine
- Cek darah untuk mengetahui jumlah trombosit
- Pemeriksaan pada ginjal
- Tes USG pada janin untuk mengetahui kondisi plasenta
Tekanan darah melebihi 140/90 mm Hg menandakan ada kemungkinan masalah pada kehamilan. Tes tekanan darah kemudian akan dilanjutkan empat jam setelah tes pertama.
Jika kondisi tidak berubah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan seperti yang telah dijelaskan di atas.
2. Perawatan
Jika diagnosis dokter sudah mengarah pada preeklampsia, kamu diharuskan menjalani perawatan di rumah sakit. Perawatannya sendiri dengan obat-obatan seperti:
- Penurun tekanan darah. Obat hipertensi digunakan untuk mengontrol darah jika tekanannya terlalu tinggi
- Kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan cara mengoptimalkan fungsi hati dan meningkatkan jumlah trombosit. Selain itu, kortikosteroid juga memiliki peranan dalam mencegah terjadinya sindrom HELLP yang bisa memperburuk kondisi janin
- Obat anti-konvulsan. Obat ini diberikan saat kondisi pasien sudah parah. Obat mengandung magnesium sulfat, mencegah terjadinya kejang pada gejala utama eklampsia
Preeklampsia setelah persalinan
Pada umumnya, preeklampsia muncul saat masa kehamilan. Sangat jarang ditemukan kasus pada setelah melahirkan. Fenomena yang terjadi setelah persalinan disebut postpartum preeklampsia.
Kondisinya sama, yaitu tekanan darah tinggi dan protein berlebih pada urine. Sebagian kasus postpartum preeklampsia terjadi pada 48 jam setelah proses persalinan itu sendiri.
Sama seperti preeklampsia pada masa kehamilan, penanganan yang tepat bisa mencegah datangnya berbagai komplikasi, seperti kejang-kejang.
Baca juga: Penyakit Jantung: Kenali Penyebab dan Cara Pencegahannya
Bisakah preeklampsia dicegah?
Sampai saat ini, belum ada cara yang bisa mencegah total preeklampsia pada ibu hamil. Hal yang bisa dilakukan adalah menjaga tubuh tetap sehat agar sistem peredaran darah tidak terganggu.
Sirkulasi darah yang buruk bisa menyebabkan tidak stabilnya tekanan darah, yang dapat memicu masalah serius saat hamil.
Untuk mengoptimalkan fungsi organ dalam tubuh, kamu bisa menerapkan pola hidup sehat, seperti:
- Penuhi asupan cairan tubuh dengan minum air minimal 1,5 liter per hari
- Menghindari makanan dengan kandungan garam tinggi
- Mengurangi makanan yang diolah dengan cara digoreng
- Tetap olahraga dan rajin bergerak
- Hindari kafein berlebih dan alkohol
- Istirahat yang cukup
- Penuhi asupan vitamin dan nutrisi lainnya, terutama kalsium
- Kurangi penggunaan aspirin dalam pengobatan penyakit tertentu
Pencegahan yang tepat untuk preeklampsia memang belum bisa dipastikan. Hanya saja, pola hidup sehat bisa membantu tubuh tetap bugar dan risiko terjadinya preeklampsia bisa berkurang.
Yuk, tetap jaga kesehatan agar tidak mengalami masalah saat hamil!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!