Share This Article
Sebagian pasangan muda lebih memilih untuk menunda kehamilan. Oleh sebab itu beberapa di antaranya banyak yang menggunakan alat kontrasepsi spermisida. Berikut adalah penjelasan mengenai spermisida atau pembunuh sperma.
Apa itu spermisida pembunuh sperma?
Dilansir dari Mayo clinic, spermisida adalah jenis kontrasepsi yang membunuh atau menghentikan pergerakan sperma. Cara menggunakannya kamu akan memasukkan spermisida ke dalam vagina sebelum berhubungan seks.
Bahan kimia dalam spermisida, seperti nonoxynol-9, mencegah sperma memasuki rahim. Spermisida dapat dibeli tanpa resep. Alat kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk krim, gel, busa, film, supositoria, dan tablet.
Spermisida bukanlah metode pengendalian kelahiran yang efektif bila digunakan sendiri.
Namun, kamu dapat menggunakan spermisida dengan metode penghalang seperti kondom, diafragma, atau penutup serviks untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mencegah kehamilan. Spermisida tidak melindungi dari infeksi menular seksual.
Bagaimana cara kerja spermisida pembunuh sperma?
Melansir penjelasan dari Planned Parenthood, spermisida adalah bahan kimia yang kamu masukkan ke dalam vagina tepat sebelum berhubungan seks.
Alat ini mencegah kehamilan dengan dua cara yaitu memblokir pintu masuk ke serviks sehingga sperma tidak bisa mencapai sel telur, dan menghentikan sperma agar tidak bergerak cukup baik untuk berenang ke sel telur.
Spermisida dapat digunakan sendiri, atau dikombinasikan dengan metode KB lainnya. Menggunakan spermisida plus kondom akan memberikan kamu perlindungan ekstra dari kehamilan (kondom juga mencegah PMS).
Cara pakai spermisida
Cara menggunakannya pun bervariasi tergantung dengan tipe yang kamu miliki. Kebanyakan tipe spermisida akan memberikan instruksi sebagai berikut:
- Masukkan spermisida jauh ke dalam vagina
- Tunggu 10-15 menit sebelum berhubungan seks
- Jangan menunggu lebih dari 30-60 menit untuk berhubungan seks
- Biarkan selama setidaknya 6 jam setelah berhubungan seks
Seberapa efektifkah spermisida membunuh sperma?
Meskipun kamu dapat menggunakan spermisida saja, cara ini bekerja lebih baik jika menggabungkannya dengan kondom atau diafragma.
Spermisida yang digunakan sendiri sekitar 70% hingga 80% efektif, tetapi bila digunakan bersama-sama dan dengan benar, spermisida dan kondom sekitar 97% efektif dalam mencegah kehamilan.
Baca juga: Tisu Magic, Tisu Ajaib yang Bisa Atasi Ejakulasi Dini, Apa Benar?
Apakah spermisida melindungi dari penyakit menular seksual?
Tentu saja jawabannya tidak. Selain itu, spermisida dapat mengiritasi alat kelamin lho. Hal ini meningkatkan risiko lebih tinggi untuk tertular HIV. Jika penis atau vagina teriritasi, hentikan penggunaan spermisida dan temui dokter.
Selain tidak berhubungan seks, kondom adalah cara terbaik untuk mencegah PMS. Spermisida akan membantu mencegah kehamilan, terutama jika kondom rusak atau tumpah.
Kelebihan dan kekurangan spermisida
Perlu kamu ketahui, bahwa tidak ada metode kontrasepsi yang benar-benar sempurna. Sama seperti pil, spiral, dan alat KB lainnya, spermisida juga memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Kelebihan spermisida:
- Tidak ada efek jangka panjang terhadap hormon.
- Gunakanlah bersama kondom agar hasilnya jauh lebih efektif.
- Dapat dibeli tanpa resep dokter di apotek terdekat.
- Berperan sekaligus sebagai lubrikasi saat berhubungan seksual.
- Lebih praktis dibawa saat berpergian karena tersedia kemasan kecil.
- Kelebihan lainnya karena spermisida lebih murah dari alat KB lainnya
Kekurangan spermisida:
- Butuh waktu sebelum memulai penetrasi.
- Kurang efektif jika digunakan hanya sendiri.
- Harus lebih cermat memakainya agar benar-benar efektif untuk menghalangi sperma
- Alat ini tidak melindungi dari infeksi menular seksual
- Kamu bisa menderita alergi atau iritasi pada alat kelamin
- Efek samping penggunaan spermisida
Efek samping spermisida
Tak hanya beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan spermisida, tetapi alat ini juga dapat menimbulkan efek samping yang paling sering terjadi pada pengguna spermisida seperti berikut:
- Iritasi
- Rasa perih dan terbakar di area genital
- Rasa gatal pada vagina
- Vagina kering
- Vagina mengeluarkan bau
- Vagina mengeluarkan cairan menyerupai keputihan
Perlu kamu ketahui juga bahwa ketika menderita infeksi akibat spermisida, hal itu dapat menyebabkan beberapa penyakit lainnya timbul seperti, terjadinya dermatitis kontak, reaksi alergi, peradangan dan infeksi vagina, infeksi saluran kencing, hingga terjadinya iritasi pada area rektum.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.